[caption id="attachment_2367" align="aligncenter" width="150" caption="Renovasi Masjid An-Nur Cikole, Wanaraja garut"][/caption]
Siang ini, Sabtu 4 September 2010 saya diajak oleh Kakak ipar ke Garut. Kebetulan ada beberapa tagihan genteng berjaringan yang harus diambilnya. Sebagai pengusaha genteng berjaringan, Alhamdulillah usaha kakak saya itu berjalan cukup sukses. Banyak tempat di daerah Garut dan sekitarnya menjadi tempat pemasangan proyek genteng berjaringan kakak saya itu.
Saya diajaknya pergi ke sebuah proyek renovasi masjid An-Nur di daerah Cikole Wanaraja Bandung. Masjid ini dibangun tahun 1962 atas prakarsa seorang tokoh masyarakat yang bernama D.A. Maulany. Masjid ini dipugar menjadi lebih memanjang dan diatasnya dipasang kaki genteng berjaringan baja lengkap dengan gentengnya yang berkilau.
Di sana, saya berkenalan dengan pimpinan proyek renovasi gedung ini yang bernama H. Dudung. Beliau adalah salah seorang tokoh masyarakat yang disegani di tempat itu.
Iseng-iseng saya bertanya kepada beliau. “Dari mana uang untuk merenovasi Masjid ini pak Haji?”, begitu tanya saya spontan. Pak Haji Dudung pun menjawab sambil tersenyum, “Dari Allah!, Dari Allah-lah uang itu datang dan kami bisa merenovasi pembangunan masjid An-Nur ini”.
Saya takjub juga mendengar beliau berkata itu, sebab beliau sangat yakin sekali Allah akan membantunya. Sebab tanpa bantuan dari Allah masjid ini tidak akan bisa direnovasi. Beliaupun bercerita kepada saya, bahwa di Garut pernah ada sebuah Masjid yang dibangun oleh seorang pengusaha kaya raya, tetapi masjid itu tidak bisa selesai pembangunannya sampai pengusaha itu meninggal. Beliau mengatakan bahwa berdirinya sebuah masjid itu atas dasar ridho dari Allah, dan bukan atas dasar uang yang banyak. Uang yang banyak tak menjamin masjid itu bisa berdiri kokoh, dan makmur.
Sepanjang sore hari itu, saya terus memperhatikan pembangunan masjid itu. Banyak sekali relief yang Indah dibuat di halaman masjid. Insya Allah di masjid itu juga akan dibangun menara yang indah untuk melantunkan panggilan Allah. Sambil menunggu kakak saya bekerja itulah saya iseng-iseng mengambil gambar suasana di sekitar masjid An-Nur. Pemandangannya cukup indah dan membuat saya terkagum-kagum akan potensi daerah ini. Tak salah bila di pintu gerbang perbatasan Garut dituliskan slogan“Garut Bangkit dan Berprestasi”.
Seperti yang kita ketahui, banyak sekali orang Garut yang sudah sukses. Mereka mengharumkan nama Garut sebagai sebuah kota santri yang cerdas. Kota Garut kini bukan hanya terkenal dari dodol garutnya saja, tetapi sudah ada kerupuk kulit “darogdog”, jeruk garut, dan juga batik garut yang tak kalah mutunya dengan batik Solo atau Yogyakarta. Garut memang telah bangkit dari tidur panjangnya dan berprestasi. Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri banyak sekali rumah mewah dibangun, dan mobil mewah hilir mudik berseliweran di daerah ini. Itu tandanya perekonomian di daerah Garut ini sudah lumayan oke. Banyak orang kaya secara ekonomi tinggal di kota ini.
Di depan masjid An-Nur tidak ada kendaraan umum. Kalau kita mau menuju tempat ini menggunakan trasportasi umum, maka hanya ada kuda delman. Banyak kuda delman berlalu lalang melalui depan masjid, dan membuat saya tertarik untuk mengambil gambarnya. Banyak kuda yang sehat dan gemuk dijadikan tunggangan delman. Saya pun ikut merasakan betapa senangnya naik delman. Tanpa saya sadari, Saya menjadi teringat sebuah lagu anak-anak, tentang delman yang istimewa.
Pada hari minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Disamping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Hai… Tuk-ciplak-cipluk-ciplak-cipluk-ciplak-cipluk
Tuk-ciplak-cipluk-ciplak-cipluk-ciplak-cipluk
Suara sepatu kuda
Ada bagusnya juga bila transportasi masal di daerah tak menggunakan mobil. Selain bisa mengurangi bahaya polusi udara, adanya kuda delman bisa menarik potensi wisata yang cukup mempesona. Di samping itu, kotoran kuda bisa dimanfaatkan untuk menjadi pupuk tanaman. Apalagi di daerah ini termasuk daerah yang tanahnya sangat subur. Tongkat kayu saja sudah bisa menjadi tanaman.
Banyak hal menarik sebenarnya yang bisa dikembangkan di daerah Garut ini. Semenarik tabuhan bedug yang dipukul orang setelah tarawih yang mempesona. Irama bedug yang bertalu-talu dan saling sahut menyahut dengan tabuhan kentongan yang mengiringinya membuat suasana malam Ramadhan begitu indah dan syahdu. Saya pun memuji akan kebesaran Allah yang Maha Besar. Allahu Akbar.
Sayang, saya tak bisa bermalam di Garut. Kakak ipar mengajak pulang kembali ke Bandung. Pada saat sampai di pusat kota Garut, saya diajak oleh kakak ipar mengunjungi temannya yang baru saja membeli ruko seharga 500 juta. Rencananya, di tempat itu akan dijual berbagai macam batik dari Garut yang tak kalah mutunya dengan batik dari daerah lainnya. Tempat ini akan menjadi ramai mendekati lebaran ini.
Akhirnya, di malam ramadhan yang indah ini, di saat banyak orang sedang beri’tikaf di rumah Allah, saya harus meninggalkan kota Garut yang semakin indah di malam hari. Di perbatasan kota, saya baca kembali sebuah tulisan besar di gerbang selamat tinggal. Tertulis di situ, “Garut Bangkit dan Berprestasi”. Semoga kota Garut terus berkembang dan menjadi kota wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara. Semua itu tentu perlu Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal untuk mengelolanya, dan saya telah mendapatkan calon-calon pemimpin Garut di masa yang akan datang di dalam foto di bawah ini.
Foto Lengkap ada di Facebook Omjay:
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H