Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tradisi Salaman Pagi

1 September 2010   02:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi Salaman Pagi di Sekolah Kami

Tradisi salaman pagi sudah menjadi budaya sekolah kami. Setiap pagi para guru yang bertugas piket, dan pimpinan sekolah menyambut kedatangan para siswa di pintu masuk sekolah. Tradisi ini kami lakukan setiap hari, dan membuat para peserta didik merasa diperhatikan dengan baik.

Sudah 16 tahun lamanya saya menjadi guru, belum pernah satu haripun saya melihat tradisi salaman pagi tak terjadi. Para guru yang bertugas piket, dan pimpinan sekolah selalu hadir tepat waktu menunggu anak-anak datang ke sekolah. Mereka biasanya datang lebih pagi dari kedatangan peserta didik. Rata-rata pukul 06.00 pagi, para guru yang bertugas sudah stand by berdiri di pintu masuk sekolah untuk menyambut kedatangan siswa.

Tradisi salaman pagi adalah salah satu bentuk dari pendidikan karakter yang kini tengah didengung-dengungkan oleh pemerintah. Sebelum pemerintah mencanangkan konsep pendidikan berkarakter, sekolah kami sudah memulainya 42 tahun lalu. Tepatnya, ketika sekolah kami berdiri di tahun 1968. Sebagai salah satu sekolah laboratorium kependidikan yang dibentuk oleh Rektor IKIP Jakarta, sekolah kami menjadi salah satu sekolah perintis pendidikan berkarakter, dan terus berkembang ketika Prof. Dr. Conny R Semiawan menjadi Rektor IKIP Jakarta pada saat itu.

Tradisi salaman pagi adalah pencerminan dari penghormatan antara yang muda dan tua dengan cara mencium tangan. Di sanalah terjadi penghormatan seorang pendidik kepada para peserta didiknya. Penghornatan anak kepada orang tuanya.

Bila tradisi bersalam-salaman terus dilestarikan di bumi Indonesia, maka tak ada orang muda yang tidak bersalaman (seraya mencium tangan) kepada orang tua ketika bertemu. Inilah symbol dari sebuah kultur budaya Indonesia asli, dimana yang tua menghormati yang muda dan begitupun sebaliknya.

Tradisi salaman pagi harus terus dikembangkan di sekolah-sekolah kita. Para guru wajib menyambut para peserta didiknya yang tiba di sekolah. Ini merupakan sebuah apresiasi yang tidak akan pernah ada dalam kurikulum kita. Budaya ini terus berkembang melalui hidden curriculum yang dikembangkan melalui budaya sekolah (school culture) yang tetap eksis dan terus dilestarikan. Tradisi bersalaman tak akan punah apabila para pendidik memahami akan kebermanfaatan salaman pagi itu.

Manfaat paling terasa dari tradisi salaman pagi adalah membuat para guru lebih tahu dari awal, mana siswa yang telah siap belajar, dan mana siswa yang belum siap belajar. Hal itu terlihat mudah dari wajah-wajah mereka. Siapa saja siswa yang telah siap datang ke sekolah, maka ada keceriaan di sana. Ada senyuman manis di bibir yang seolah mengatakan, "saya sudah siap belajar hari ini".

Akhirnya tradisi salaman pagi akan mampu membuat para penyelenggara pendidikan menyiapkan 5S dalam kesehariannya di sekolah. Ada senyum, sapa, sabar, syukur dan sehat terjadi di sana. Membuat para peserta didik merasa terperhatikan, dari mulai kedatangan di rumah keduanya yang menyenangkan. Sekolah harus menjadi rumah kedua bagi peserta didiknya. Mengapa kita tak biasakan juga bersalaman dengan para anggota keluarga kita sebelum keluar dari rumah?

Salam Blogger Persahabatan Omjay http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun