Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negeri Ajaib Itu Bernama "Indonesia", Benarkah???

10 April 2010   10:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:52 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_115431" align="alignleft" width="429" caption="Negeri Ajaib itu bernama indonesia, sumber atlas Indonesia"][/caption]

Membaca berbagai berita di dunia maya dan juga menontonnya di televisi membuat hati ini bertanya, "Ada apa dengan negariku???". Apakah ada yang salah dalam pengelolaan negeri ini? Apakah memang bangsa ini telah lupa dengan pancasila yang menjadi dasar negara kita. Ataukah memang negeri ini telah menjadi negeri ajaib yang bernama "Indonesia"? Dimana yang benar menjadi salah, dan salah menjadi benar. Sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Akh rasanya ini tak mungkin terjadi dalam negeriku yang benama "Indonesia".

Kubaca lagi beberapa berita, seorang PNS pajak bergaji 12 Juta sebulan mampu memiliki duit 25 milyar, seorang mahasiswa yg masih kuliah dan belum bekerja mempunyai tabungan 19 milyar, dan seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan bukan seorang pengusaha mempunyai tabungan 35 milyar. Lebih bingung lagi seorang mantan pegawai pajak yang dulunya bergaji 15 juta per bulan memiliki beberapa rumah mewah dan tanah berhektar-hektar, bahkan digosipkan kekayaannya itu lebih banyak dari presiden SBY.

Aku berdecak kagum, dan kawanku di negeri dongeng pun berdecak kagum. Sebab di negerinya tak ada hal seperti itu. Kata kawanku, negeriku adalah negeri ajaib yang harus masuk dalam tujuh keajaiban dunia. Membuat aku menjadi malu tinggal di negara yang bernama "Indonesia".

Di negeriku jenderal polisi berbintang tiga meminta perlindungan kepada anggota DPR, karena membongkar MARKUS yang sekarang ini menjadi buah bibir. Suaranya lantang menyuarakan kebenaran. Semoga ini benar-benar keluar dari hati nurani yang suci dan bukan karena kekecewaan dicopot dari jabatannya. Sebab Post Power syndrom, terkadang menjadi penyakit para pejabat yang tak menjabat lagi. Seolah-olah karirnya telah berakhir dan tinggal menunggu ajal menjemput.

Di negeriku para janda mantan pejuang berada di ruang sidang. Dituduh mengambil rumah dinas. milik Pegadaian. Meminta mereka untuk mengosongkan rumah itu. Membuat hatiku bersedih melihat mereka menangis. Negara ini seperti melupakan mereka. Sudah tak adakah nurani di negeri ini???.

Negeriku memang ajaib. Banyak PNS bergaji kecil tapi mampu menyekolahkan anaknya di tempat "bergengsi" bahkan sampai keluar negeri. Akupun tak pernah mengusik mereka, karena bagiku aku sudah sibuk dengan diriku sendiri karena tak mampu menjadi pemimpin yang dapat merubah negeri ajaib ini. Menjadi sebuah negeri yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945.

Aku hanya bisa menulis. Menulis dan menulis menyuarakan kebenaran. Sebab ini modal yang aku punya dari seorang pendidik. Semoga saja menyentuh nurani yang membaca ini. Merasakan benar kegalauanku karena aku menuliskannya dengan hati.

"Hati yang bersih akan melahirkan tulisan yang jernih dan bersemai di hati para pembacanya".

Ketika hati bertemu hati, maka akan ada hati bertaut yang bersetuju untuk memperbaiki negeri ini. Dari kejahatan yang menggurita. Dari kerakusan sang penguasa yang hanya mementingkan kelompoknya saja. Melupakan beban derita fakir miskin dan anak-anak terlantar yang seharusnya dipelihara oleh negara. Rakyat miskin dilarang sakit, karena sakit hanya milik orang berduit. Rakyat miskin pun dilarang sekolah tinggi, karena pendidikan tinggi hanya milik orang yang berduit. DUIT seolah-olah menjadi primadona di negeri ini. Lalu dimana sifat gotong royong peninggalan nenek moyang kita?

"Akh, itu hanya prasangka burukmu saja kawan. Pemerintah kita tak seperti itu". Begitulah temanku menenangkan emosiku yang sudah sampai ke ubun-ubun. Membuatku bertanya kepada diriku sendiri, apakah benar aku tinggal di negeri ajaib? Negeri bersarangnya para penyamun jahat yang tak terlihat.

Kata orang, kejadian di atas hanya terjadi di Negeri ajaib yang bernama "Indonesia". Semoga saja bukan Indonesia yang diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Negeri yang direbut dengan tetesan darah para pahlawan. Dengan harta dan jiwa mereka. Menghalau penjajah dari bumi ibu pertiwi.

Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku. Membuat darah tubuhku bergemuruh ketika aku menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Semoga saja, negeri ajaib itu bukanlah Indonesia tanah air Beta. Sebab Indonesia tanah air Beta adalah Indonesia yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Para pemimpinnya adalah pemimpin yang amanah dalam menjalankan tugas-tugas negara. Memperhatikan benar kehidupan rakyatnya. Dari sabang sampai merauke. Membuat mereka bangga dengan negerinya. Apakah ini cuma mimpi???

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun