Menulis adalah pekerjaan Semua Orang
Sewaktu diundang ON AIR di radio 99,1 Delta FM bersama mas iskandar, salah seorang admin kompasiana, saya sempat sedikit merenung ketika mas iskandar mengatakan bahwa menulis adalah pekerjaan semua orang. Cukup lama juga saya menyimak pernyataan mas iskandar itu. Benarkah menulis adalah pekerjaan semua orang?
Saya menjadi teringat kembali ketika istri saya melahirkan anak pertama. Saya diminta menuliskan nama anak pertama saya itu untuk akte kelahiran. oleh ibu bidan. Dari mulai pertama anak dilahirkan ternyata harus ditulis oleh orang tuanya agar jelas nama anak itu dan siapa orang tuanya.
Itu baru lahir belum lagi bila anak itu terus berkembang dalam usia balita. Pastilah dia belajar menulis. mencoba menulis apa saja yang ingin dituliskan, meskipun kita tak paham apa maksudnya. tetapi niat menulis itu sudah terlatih mulai dari kecil.
Hampir semua profesi di dunia ini ada pekerjaan yang namanya menulis. Masalahnya sekarang, benarkah menulis itu adalah pekerjaan semua orang? Bukankah tak semua orang bisa menulis lancar?
Saya akan menjawabnya benar, karena tidak ada diantara kita manusia biasa yang tak luput dari aktivitas menulis. Hanya saja bedanya, ada yang menulis seadanya (pendek) dan ada yang menulis panjang lebar seperti saya saat ini. Tergantung peruntukkannya dan untuk apa dia menulis.
Jadi sebenarnya menulis itu gampang. Tidak sulit. Menulis menjadi sulit karena banyak aturan yang kita buat sendiri, karena harus begini dan begitu. Padahal menulis sama halnya dengan kita berbicara. Bedanya hanya satu. Saya dan anda berbicara lewat tulisan. Saya menulis anda membaca, dan lalu memberikan komentar dari apa yang saya tuliskan.Terjadilah proses interaksi bila itu melalui blog.
Menulis menjadi tidak gampang, manakala anda sudah memperlakukan menulis seperti halnya seorang profesional yang memang pekerjaannya menjadi penulis. Sedangkan kita adalah orang yang menulis untuk hidup dan hidup untuk menulis. Coba anda renungkan sendiri. Hari ini saya sudah menulis apa?
Kalau saya hari ini sudah menulis pesan kepada anak pertama saya intan. Pesan saya singkat jangan lupa mengaji nanti sore. Juga saya tuliskan untuk anak kedua saya, jangan lupa minum susu. Begitupun untuk istri saya, saya tuliskan di mejanya I love you istriku.
Sebenarnya, menulis sudah menjadi kebiasaan kita setiap hari. Hanya mungkin, kita belum mengelola menulis itu dengan baik. Kita masih sering menggunakan bahasa lisan dan jarang dengan tulisan. Pesan-pesan lebih suka kita omongkan daripada kita tuliskan.
Saya agak terkejut juga ketika anak kedua saya berlian menulis surat kepada saya. isinya cuma tulisan berlian sayang sama ayah, dan mohon dibalas. sayapun menulis balasannya, ayah juga sayang sama berlian. Itulah sebuah komunikasi kecil lewat tulisan dalam keluarga.
seorang atasan di kantor, tentu akan menuliskan pesan kepada bawahannya agar jelas apa yang harus dikerjakan. Begitu pun seorang guru seperti saya. Selain menggunakan bahasa lisan, saya akan meminta peserta didik saya mengerjakan apa yang harus dilakukan melalui tulisan. Begitupun dengan profesi lainnya seperti dokter. Tentu seorang dokter akan menuliskan resep kepada pasiennya untuk mengobati penyakitnya. Tidaklah mungkin seorang dokter hanya mengatakan kepada pasiennya, "Tolong beli obat flu untuk menyembuhkan penyakit anda!". saya yakin, pasti banyak pasien yang bingung membeli obatnya karena tak ada resep dari dokter.
Oleh karena itu, mari biasakan menulis untuk mengkomunikasikan apa yang kita inginkan. Jangan hanya lisan saja, tetapi gunakan juga tulisan, sehingga menulis menjadi pekerjaan semua orang. Dengan menulis itu, akan ada pesan yang sampai lebih lama daripada anda berbicara lisan. Kalau sudah begitu kenapa anda tak mencoba mengatakan aku sayang kamu dengan tulisan yang mesra kepada pasangan anda?
salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H