UKK di sekolah kami
Hari ini, Selasa 15 Juni 2010 adalah hari terakhir pelaksanaan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) di sekolah kami. Tak terasa begitu cepat waktu berlalu. Perasaan baru kemarin aku mulai mengawasi anak-anak untuk UKK, dan sekarang sudah cepat selesai lagi. Secepat gema piala dunia 2010.
Kasihan juga mereka, mengerjakan soal-soal UKK di saat-saat piala dunia berkumandang di seantero dunia. Hari terakhir ini, mereka mengerjakan soal matematika di jam pertama, dan Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) di jam kedua.
Bagi anak-anak, pelajaran TIK mudah saja, tetapi untuk pelajaran matematika, rasanya mereka harus menguras otak agar nilainya bagus. Nampak sekali kulihat, anak-anak itu mengerjakan soal-soal matematika dengan penuh ketenangan sekaligus juga ketegangan. Setenang pemain Argentina, dan setegang pemain Nigeria yang kalah 1-0 dari Argentina. Meskipun saya melihat Maradona komat-kamit mengomando pasukannya agar menang telak melawan Nigeria.
Saat ini aku merasakan ada ketenangan dan ketegangan di kelas yang kuawasi. Aku pun hanyut dalam ketenangan dan ketegangan mereka. Aku lihat betapa tenangnya mereka yang cerdas mengerjakan soal matematika itu dengan baik, dan betapa tegangnya bagi mereka yang kesulitan dalam mengerjakan soal matematika itu. Lumayan sulit soalnya. Aku coba membaca soal matematika itu dan berusaha mencari jawabannya. Aku coba ambil kertas kosong untuk coret-coret, tetapi kok nggak ketemu juga ya!. Pantesan banyak anak yang tegang di pengerjaan soal matematika ini. Setegang pengurus PSSI di dalam negeri yang merasakan sepakbola indah sudah lama punah.
Ya ampun! Sudah 5 menit aku coba mengerjakan 1 soal matematika itu, tapi kok belum ketemu juga ya jawabannya? Kucoba lagi dan terus kucoba akhirnya bisa juga kutemukan jawabannya. Untunglah dulu waktu di SMP aku pintar matematika. Tapi ngak pintar bener sih, cuma bisa sedikit, hehehehe. Aku lebih pinter jadi kiper atau penjaga gawang. Kata teman-temanku aku sangat cocok menjadi kiper karena bodyku yang besar, hahahaha. Pinggangku cukup lebar bila jadi penjaga gawang.
Kembali ke soal UKK. Matematika memang sulit, tetapi tidak buat anak-anak SMP di sekolahku. Kulihat sudah mulai banyak siswa yang hampir selesai mengerjakan soal-soal matematika yang sulit itu. Kuyakinkan diri untuk melihat pekerjaan mereka sambil berkeliling menghilangkan rasa kantukku sebagai pengawas. Maklumlah semalaman menonton siaran langsung sepakbola di televisi.
Sebagai pengawas UKK aku tak boleh mengantuk, kalau mengantuk bisa bahaya nih, anak yang nyontek bakal nggak ketahuan, hahahahaha. Aku bagaikan penjaga gawang yang tak boleh kecolongan bola lawan masuk ke gawangku. Aku harus kelihatan angker di depan peserta didikku.
Oalah! Anak-anak sekolahanku memang hebat. Hanya satu atau dua anak saja yang kelihatannya belum yakin dengan jawabannya. Aku jadi malu rasanya, sebab akupun belum bisa menyelesaikan semua soal itu dengan baik. Wakawaka. Maklumlah semalaman aku menonton sepak bola. Belanda menang melawan Denmark 2-0. Jepang lawan Kamerun menang 1-0. Jadi aku nggak sempet belajar matematika, hahahahaha (nah loe ketahuan ya, nggak belajar???). "Akh biarin aku kan nggak ikut UKK, aku cuma menjadi pengawas UKK. Jadi boleh dong aku menonton bola malam ini". Begitulah kilahku membela diri dalam hati.
Untunglah, semalam anak-anak ini tak menonton televisi. Kata mereka mami dan papi melarang menonton televisi. Kalau UKK sudah selesai barulah mereka boleh lagi menonton televisi. Menikmati siaran langsung piala dunia di televisi. Melihat goyangnya messi dari argentina, dan pemain bola ronaldo dari Portugal yang terkenal itu.
Sepakbola memang mengandung magnet yang luar biasa. Aku bisa kuat menonton sepakbola di televisi, tetapi aku rasanya tak kuat mengawasi anak-anakku mengerjakan soal-soal matematika. Mohon maaf ya, kalau bukan kewajiban, sudah kutinggalkan tugas mengawas UKK ini. Untunglah aku sudah minum kopi dan STMJ agar tak mengantuk pagi ini. (Huus, jangan kasih tahu siapa-siapa ya, kalau aku pakai dopping!). Wakawaka.
Tetap Sumringah di UKK
Sepakbola memang mempesona. Semoga peserta didikku yang pintar matematika juga pintar main bola. Tak apalah beberapa hari menunda kesenangan demi UKK. Semoga bisa naik kelas dengan nilai memuaskan. Walaupun aku tahu ada perasaan stress dari wajah-wajah mereka yang tidak bisa menyelesaikan soal matematika sampai bel akhir berbunyi. Mirip wajah-wajah pemain Denmark yang kalah strategi dengan pemain Belanda. Tetap sportif walaupun kalah.
Namun, kulihat ada perasaan sumringah setelah hari terakhir UKK di wajah mereka. Mereka nampak gembira sekali. Setidaknya malam ini mereka bisa menonton kembali sepakbola piala dunia yang mengagumkan itu. Melihat para pemain bola dunia yang mempesona. Selamat tinggal UKK dan semoga nilai matematika anak-anakku bagus. Sebagus pemain Jepang yang menang melawan kamerun semalam. Sehebat pemain Belanda yang menang melawan Denmark. Wakawaka.....
Salam Blogger Persahabatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H