Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan Nuansa Tradisional

3 Juni 2010   02:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:47 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah Bertaraf Intrenasional dan Tradisional

Kalau saya diminta untuk memilih, antara sekolah bertaraf internasional dengan sekolah bertaraf tradisional, maka saya akan memilih sekolah bertaraf tradisional. Mengapa?

Sekolah berlabel internasional terkesan mahal, dan sekolah dengan label tradisional terkesan murah. Seolah-olah, apa yang internasional itu lebih modern dan tradisional itu ketinggalan jaman alias, jadul.

Padahal justru sebaliknya. Sekolah tradisional itu adalah sekolah unik yang sangat mahal harganya. Dia terlahir dari situasi nyata yang dialami oleh para kaum marjinal yang terpinggirkan untuk mendapatkan sebuah pendidikan yang layak. Menyisihkan rupiah sedikit demi sedikit agar bisa sekolah. Berusaha keras agar bisa sekolah yang merupakan investasi masa depan.

Sekolah tradisional mengandalkan kearifan lokal yang terjaga. Mengutamakan kegotongroyongan dan kesederhanaan. Mampu menterjemahkan arti pendidikan yang sesungguhnya sesuai ajaran Ki Hajar Dewantoro. Kultur tetap terjaga melalui budaya sekolah yang tetap eksis dan terus dikembangkan. Struktur pun semakin disempurnakan.

Sedangkan sekolah internasional cenderung lebih bersifat kemewahan dan nampak sekali invidividualisme terasakan. Si kaya seolah-olah layak untuk sekolah di sini dan si miskin hanya bisa melongo dan bermimpi. Pendidikan pun di gelar dengan mengandalkan tokoh pendidikan dari barat.  Padahal hal itu sebenarnya sudah tertulis jelas dalam buku Ki Hajar Dewantoro. Tak salah bila terjadi kritikan di sana-sini sehingga menimbulkan kasta baru dalam dunia pendidikan kita.

Kita terkadang menjadi tidak pede dan merasakan kalau yang berbau internasional itu harus berasal dari barat dan berbahasa asing, padahal belum tentu cocok diterapkan di negeri ajaib ini.

Kita terkadang lebih senang menerima sesuatu dari barat ketimbang dari negeri sendiri yang gemah lipah loh jinawi.

Kita terkadang lebih suka bila diajarkan oleh guru asing daripada guru sendiri. Seolah-olah guru asing lebih profesional daripada guru lokal.

Wahai para guru dan orang tua. Jangan biarkan guru-guru asing itu mengajar di sekolah-sekolah kita, karena struktur dan kultur mereka berbeda dengan kita. Sangat berbeda. Janganlah karena ingin disebut internasional, kita pun mengimport guru dari luar negeri.

Sekolah bertaraf tradisional mengajarkan nilai-nilai luhur pancasila dengan sepenuh hati. Memahami kalau bangsa ini penuh dengan keragaman dan budaya daerah yang sangat membanggakan. Melestarikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu sehingga menarik wisatawan asing untuk belajar di sekolah tradional ini. Bermain gamelan dan angkung yang menjadi alat musik kebanggaan sekolah tradisional. Itu baru alat musik di pulau jawa, belum yang di luar pulau  jawa. Akan anda temukan beragam alat musik yang bernuansa tradisional. Unik dan memikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun