Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenapa Gajah Menangis di Negeri Tetangga?

3 Februari 2010   16:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_67560" align="alignleft" width="120" caption="sumber: Google"][/caption]

Alkisah dalam suatu masa di negeri ngotjoleria,  Baginda ASA memanggil para menterinya ke istana. Sebagai Mendiknas di negeri ngotjoleria itu saya dipanggil oleh baginda ASA untuk menghadap. Tak terkecuali sang perdana menteri, bang Firman Seponada.

Dalam pertemuan itu baginda ASA nampak gundah. Bukan karena presiden sebelah dihina dengan seekor kerbau oleh para demonstran, tetapi baginda ASA gundah karena di negeri tetangga sebelah banyak gajah yang menangis. Baginda sangat gusar, sebab tangisan gajah-gajah itu telah mengenangi hampir seperlima wilayah kekuasaannya. Sudah banyak rakyat yang mengeluh, karena jalanan menjadi banjir, sementara proyek banjir kanal timur (BKT) yang direncanakan oleh sang perdana menteri belum juga terwujud. Maklumlah di negeri ngotjoleria segala hal yang bersangkut paut dengan proyek, harus transparan dan tidak boleh ada pejabat yang ketahuan korupsi di sini.

Baginda meminta saya selaku mendiknas untuk pergi ke tetangga sebelah dan mencari tahu kenapa gajah-gajah di negeri tetangga menangis. Sebagai menteri yang merupakan bawahan raja baginda ASA, maka berangkatlah saya ke tetangga sebelah dengan mengendarai motor bebek yang merupakan motor dinas kerajaan. Motor bebek kebanggaan para menteri di negeri ngotjoleria.

Di negeri Ngotjoleria ini, memiliki motor bebek sudah merupakan kemewahan. Jadi hanya pejabat setingkat menteri yang memiliki motor bebekitu. Berbeda sekali dengan pejabat di negeri tetangga yang katanya mobil para pejabatnya itu keren-keren. Padahal masih banyak rakyat yang miskin dan menderita. Masih banyak sekolah yang perlu perbaikan, dan masih banyak orang susah yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seperti adik kita Bilqis yang memerlukan biaya besar untuk operasinya. Makanya banyak orang yang mengunpulkan koin cinta untuk Bilqis.

"Kok saya jadi ngomongin negeri tetangga sebelah ya? Lupa kalau saya lagi ditugaskan sama baginda ASA". hehhehehehe

Kembali kepada tugas saya sebagai mendiknas, setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, ternyata di tetangga sebelah ini jalanan sangat macet. Maklumlah ibukota negara. Dengan didampingi ajudan, saya langsung menemui gajah-gajah itu di kebun Binatang Ragunan, jakarta selatan.  Untunglah, dulu saya pernah menjadi pawang gajah, sehingga saya bisa tahu bahasa gajah dan berbicara dengannya.

Sesampainya di kandang gajah, saya tanyakan kepada ketua gajah itu kenapa mereka menangis? Dengan hati yang saya pilu dan suara yang sangat menyedihkan ketua gajah berkata kepada saya.

"Kalau saja anda baca kompasiana hari ini. Ada seorang kompasianers yang memberikan komentar yang sangat menyedihkan hati saya", begitu kata ketua gajah sesunggukkan. Lalu dia menunjukkan tulisan ini kepada saya:

Om Jay, saya bukan guru PNS namun pernah jadi guru honorer. Saya sedikit menyombongkan diri, kalau dibandingkan kemampuan saya mengajar mungkin bersaing dengan guru-guru bersertifikat. Mengapa? Karena saya sering mendapat ‘job’ untuk memborong-menggarap berkas sertifikasi guru, mulai dari kelengkapan administrasi, kelengkapan mengajar, hingga piagam atau sertifikat diklat/seminar. Ironisnya, mereka yang memborongkan itu mendapat gaji dan tunjangan profesi dari negara, sedangkan saya harus mengais rezeki dengan kemampuan menulis saya. Saya menyebut guru-guru itu dengan sebutan “Si Bodoh yang Bergaji/Bersertifikasi”. Saya nggak bisa membayangkan bagaimana kualitas murid-muridnya….

Lengkapnya bisa dilihat di SINI.

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun