[caption id="attachment_36511" align="alignnone" width="156" caption="Kacamata"][/caption]
Anda berkacamata? Pernahkah anda kehilangan kacamata? Hal itulah yang saya alami saat menuliskan ini. Kehilangan kacamata sungguh membuat runyam. Membuat hati pun turut gundah gulana. Mencari ke sana kemari tapi tak ketemu jua.
Saya kehilangan kacamata minus saya. Bisa dipastikan saya tak bisa membaca dengan tepat tulisan-tulisan jauh yang berada di hadapan. Saya tak bisa membaca tulisan dari jarak jauh tanpa kacamata. Saya pun tak bisa melihat SBY-Budiono tersenyum manis di dinding kelas bagian depan, di atas papan tulis. Mungkin mereka mentertawakan saya yang kehilangan kacamata, hehehehe. (Rasihan loh, emang enek kehilangan kacamata).
Saya lihat jam di dinding kelas. Buram. Sulit sekali melihat angka-angka yang ada di dalam jam dinding itu. Saya perlu mendekatinya dan barulah terlihat angka jam menunjukkan angka 10 jarum pendeknya, dan angka 12 di jarum panjangnya, angka yang menunjukkan bahwa saat itu pukul 10 pagi.
Kehilangan kacamata membuat saya serasa buta. Betapa mata harus senantisa dijaga, dengan banyak meminum vitamin A. Banyak makan sayur dan buah-buahan. Mata harus tetap dijaga kesehatannya sampai tua.
Mata adalah salah satu panca indera kita. Bila kita tak melihat, maka kita disebut tuna netra. Banyak tuna netra memakai kacamata. Untuk apa? Saya juga tak tahu jawabnya. Mungkin untuk nampang kaliiii.........
Kacamata memang disukai dan dipakai oleh tua, muda, miskin, kaya, jelek, ganteng, kurus, dan gemuk. Semua memerlukan kacamata, walau hanya sekedar bergaya. Bahkan almarhum Farid Hardja yang gemuknya kayak omjay pernah membuat lagu tentang KACAMATA. Membuat kita bisa bergoyang ke kiri dan ke kanan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan olehnya. Dengan gayanya yang kocak, Farid Hardja menyihir semua penonton untuk bergoyang menyanyikan lagu kacamata yang sempat populer di era tahun 90-an.
Dalam lagunya Penyanyi Gembul Farid Hardja mengatakan, "Kacamata membuat dia makin mempesona, kacamata membuat dia makin berwibawa. Siapakah dia awal yang menemukannya?"
Kacamata telah membuat saya serasa berwibawa. Apalagi bila sedang marah dan memberikan nasehat kepada para siswa. Serasa benar wibawanya. Tapi kali ini, saya tak bisa unjuk gigi, menunjukkan kewibawaan saya. Kacamata saya hilang dan membuat saya merasa kurang pede ketika berbicara. Beginilah bila kita sudah menjadi anggota "PDIP" (Penurunan Daya Ingat Permanen). Lupa, dimana meletakkan kacamata.
Kacamata telah membuat saya kehiangan moment penting mengawasi anak-anak mengerjakan soal-soal TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Saya tak bisa lagi melihat kelihaian mereka mencontek kanan kiri, depan belakang. Tanpa Kacamata, membuat saya tak bisa berbuat apa-apa karena pandangan mata serasa kabur. Inikah tanda-tanda sudah dekat ke liang kubur? Makannya bubur dan tidurnya suka mendengkur? Itukah tanda dimakan umur?
Oh, betapa bahagianya anda yang tak berkacamata. Tak bergantung dengan kacamata. Melihat keindahan alam semesta ciptaan Allah dengan amat sangat jelas. Melihat secara jelas huruf-huruf mungil yang berada di kejauhan sana. Tidak seperti saya yang hanya melihat huruf layaknya semut sedang berbaris.