Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Kewirausahaan

5 Januari 2010   17:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:37 2430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan Kewirausahaan

Saya sedang mencari ide yang cukup penting, yaitu bagaimana membuat buku pengayaan untuk peserta didik di sekolah agar mereka memiliki kemampuan kewirausahaan. Banyaknya pengangguran terpelajar di negeri ini tentu membuat hati saya gelisah sebagai guru. Ternyata pendidikan yang ditempuh sampai bergelar sarjana tidak membuat orang tersebut mampu mandiri atau menciptakan lapangan kerjanya sendiri, tetapi justru cuma mencari pekerjaan. Berharap untuk digaji dan bukan menggaji. Memang tidak mudah merubah awalan di menjadi me. DIGAJI dan MENGGAJI. Perlu keyakinan tinggi bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah.

Pendidikan Kewirausahaan yang saya maksudkan di sini bukan semacam lembaga pendidikan formal atau pendidikan non formal berupa sekolah singkat ataupun juga kursus, melainkan semacam praktek pendidikan membentuk jiwa wirausaha di lingkungan keluarga. Suami isteri dalam kisah yang akan saya kemukakan berikut ini memang memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi, hanya sayangnya keduanya sudah meninggal, sehingga tidak bisa dikonfirmasi lagi. Dari pergaulan cukup lama dengan keluarga ini, saya mendapatkan kesan yang amat mendalam, bagaimana mereka memberikan pendidikan terhadap ketiga anaknya. Dengan pendekatan pendidikan seperti yang akan saya ceritakan berikut, ketika anaknya setelah dewasa, tidak ada yang kebingungan mendapatkan mata pencaharian, karena sudah dibekali dengan jiwa kewirausahaan.Bila hal itu juga sudah ditanamkan di sekolah-sekolah kita, tentu akan sangat baik bagi peserta didik. Mereka juga diajarkan bagaimana memiliki keahlian khusus. Keahlian yang membuat dirinya menjadi mandiri dan tenaganya sangat dibutuhkan.

Coba anda perhatikan. Setiap kali diumumkan adanya tes Calon Pengawai Negeri Sipil (CPNS) di setiap departemen atau pemerintah daerah, maka akan ada ribuan orang yang melamar. Padahal kebutuhan pegawai yang dibutuhkan hanya sedikit alias terbatas. Tentu akan banyak orang yang gagal untuk menjadi PNS. Belum lagi mereka-mereka yang gagalmenjadi polisi dan tentara.

Dari situlah saya berpikir agar anak-anak kita telah dipersiapkan sedini mungkin memiliki kemampuan kewirausahaan yang tinggi. Mereka harus memiliki jiwa enterprenership. Menjadi pengusaha sukses tanpa modal, tetapi dengan akal. Mencoba mencari terobosan baru yang sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang bernilai. Nilai inilah yang pada akhirnya membuat orang tersebut memiliki keahlian khusus yang membuat dia menjadi mandiri. Tidak bergantung kepada orang tuanya atau hidup dari belas kasih orang lain.

Dari situlah sebenarnya dibutuhkan peran guru, dan orang tua siswa menanamkan pentingnya pendidikan kewirausahaan.

Dengan pendidikan yang berbasis kewirausahaan maka para lulusannya tidak perlu terpaku hanya bekerja di sektor formal, seperti menjadi pegawai negeri sipil, bekerja di BUMN, maupun lainnya yang kelihatan mentereng. Bahkan dengan bekerja di sektor swasta yang berbasis kewirausahaan dapat menciptakan tenaga kerja alias dapat menjadi manajer, bukan semata sebagai pekerja.

Banyak orang sukses tanpa kuliah tinggi dan menjadi sarjana, contohnya Bill gates, sang milyader yang mendirikan microsoft itu. Tentu anda pernah membaca sejarahnya bukan?

Pendidikan kewirausahaan belum dimasukkan dalam kurikulum pendidikan kita sehingga wajarlah bila para peserta didik sekarang ini tidak berani untuk memulai berbisnis kecil-kecilan yang tentu tak mengganggu jadwal belajar sekolahnya. Kalau pun ada anak yang berani berbisnis, terkadang orang tua suka melarang karena takut anaknya menjadi tidak fokus belajar. Padahal berbisnis itu juga belajar. Belajar itu tidak melulu di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Terkadang anakperlu juga loh belajar dari pasar, supermarket, terminal, museum, dan lain-lain pusat sumber belajar lainnya. Masalahnya, sebagian orang tua masih menganggap guru adalah satu-satunya pusat sumber belajar anak.

Mata pelajaran kewirausahaan di sekolah atau mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi sekarang ini perlu diberikan kepada semua peserta didik. Demikian juga kalau memungkinkan setiap pelajaran, di masukkan atau disisipkan unsur kewirausahaan yang di dalamnya terkandung kreativitas, inovasi dan tidak takut kepada resiko, sehingga aspek praktik di lapangan menjadi prioritas utama. Anak sudah harus dididik bagaimana dapat mengembangkan kreativitasnya untuk menghasilkan uang.

Kita tentu masih ingat pendidikan pada masa lalu penuh dengan prakarya maupun muatan lokal. Para siswa pada SD (bisa juga TK) maupun tingkat pendidikan lainnya diminta membuat prakarya dengan membuat berbagai barang yang bisa dijual dan uang yang terkumpul lalu dapat ditabung. Pada muatan lokal, peserta didik bisa berlatih mengerjakan sawah milik perangkat desa dan hasilnya bisa sebagai kas sekolahan untuk mengadakan berbagai kegiatan seperti kemah maupun peringatan hari-hari bersejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun