Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rumahku, Surgaku

25 Oktober 2009   06:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:32 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_18380" align="alignleft" width="225" caption="Istriku, Intan, dan Berlian"][/caption]

Hampir dua minggu ini, saya merapihkan rumah. Memanggil tukang untuk mengecat rumah dengan tampilan yang baru. Rasanya enak benar melihat suasana rumah yang berbeda dari sebelumnya. Penuh dengan warna-warni seperti melihat pelangi yang ada di langit. Kadang susah juga ya memadukan keinginan anggota keluarga. Dulu, di dalam rumah saya, semua warna cat yang menempel di tembok berwarna putih. Saya memilih warna itu karena terlihat bersih dan rumahpun terkesan luas. Tapi kemudian, saya dan istri merasakan rumah kami seperti rumah sakit yang temboknya serba putih. Inilah ide dimulainya kami memberanikan diri merubah warna tembok rumah kami menjadi warna-warni. Mirip rumah Barbie mainan Intan dan Berlian, dua buah hati kami yang mulai membesar.

Ketika saya tawarkan kepada intan dan berlian mau pilih warna apa untuk masing-masing kamarnya, maka masing-masing memilih warna yang berbeda. Intan memilih warna pink dan berlian memilih warna kuning. Istri saya malah lain lagi. Dia senang dengan warna hijau, dan saya sendiri senang warna krem. Jadilah rumah kami kini penuh warna-warni. Saya berusaha memberi mereka kebebasan memilih yang bertanggungjawab dengan pilihan mereka masing-masing. Saya ingin rumah kami adalah surga bagi anggota keluarga. Semua merasakan kenyamanan dan ketentraman berada d dalamnya. Semua merasakan bahwa hidup penuh warna-warni dan di sanalah kita harus bisa bertoleransi. Saling memahami selera masing-masing.

Alhamdulillah, uang yang saya dapat dari tunjangan sertifikasi guru beberapa waktu lalu telah membuat rumah kami menjadi rapih penuh warna-warni. Enak dilihat dan kami pun merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Sebuah perasaan yang senantiasa saling mengasihi meski pilihan warna kami berbeda. Istri saya pun membelikan saya lemari buku agar buku-buku yang saya beli terlihat rapih dan tidak menumpuk. Terimakasih istriku!

Rumahku, surgaku tentu menjadi impian semua orang yang berkeluarga. Merasa tentram, nyaman, dan damai di rumahnya sendiri. Merasakan kehangatan dan kemesraan dari buah kasih sayang diantara sesama anggota keluarga. Bila mereka merasa aman dan nyaman di rumahnya sendiri, tentu mereka akan dengan senang hati merawat rumahnya dengan baik. Senantiasa menjaga kebersihan rumah dan tidak seenaknya saja meletakkan barang. Semua ditempatkan dalam tempat yang telah disediakan. Selalu menjaga dan berbagi tugas pekerjaan di antara sesama anggota keluarga.

Di rumah, kami tak mempunyai pembantu rumah tangga. Saya dan istri memutuskan untuk tidak mempunyai pembantu rumah tangga agar kami mandiri dan tidak mengandalkan orang lain. Bukan karena tak sanggup membayar pembantu, tetapi kami berusaha untuk saling berbagi pekerjaan dengan sesama anggota keluarga. Anak-anak sudah mulai besar dan tumbuh. Kini saatnya mereka melayani sendiri keperluannya, dan istri biasanya agak ketat soal ini. Sebab kami memiliki dua anak yang semuanya perempuan. jadilah saya pria paling terganteng di rumah, hehehhehehe.

Rumahku surgaku akan terjadi bila ada saling pengertian diantara sesama anggota keluarga. Ketika kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari mereka yang saling membutuhkan dan melengkapi, maka kita akan dengan senang hati melakukannya. Melayani mereka dengan sepenuh hati dan membuat mereka sadar untuk juga bisa melayani orang lain. Hidup harus bermanfaat untuk orang lain.

Dana dari pemerintah untuk tunjangan sertifikasi guru, membawa berkah tersendiri buat rumah kami secara pisik, membuat rumah kami penuh dengan warna-warni. Indahnya warna-warni rumah tentu tidak akan menimbulkan efek apapun manakala suasana di rumah itu tak saling menyayangi dan menghargai. Oleh karena itu, mari kita bangun suasana rumah menjadi rumahku surgaku. Sudahkah anda merasakannya?

Salam blogger persahabatan

omjay

http://wijayalabs.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun