Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bengong

16 Desember 2009   09:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:55 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_38663" align="alignleft" width="150" caption="Bengong!"][/caption]

Saya terbengong-bengong sendirian. Bukan karena saya tak bisa menulis, atau bukan juga karena melihat pemandangan indah nan mempesona. Tetapi saya bengong melihat di depan komputer ada wajah saya sendiri. Yah, wajah saya sendiri. Bukan wajah orang lain dan bukan pula wajah dirimu. Sebab saya tahu wajah saya bukanlah wajah cowok ganteng yang mempesona, apalagi wajah saya adalah wajah kampung yang semoga saja mendapatkan rezeki kota. Orang bilang MUKAM KIKO (MUKa kampung REzeki Kota).

Bengong. Tiba-tiba menjadi aktivitas saya sekarang ini. Melihat wajah saya yang tak muda lagi. Sedikit bulat, bergizi, dan nampak ada kumis putih yang satu dua ikut menghiasi. Anak pertama saya intan, paling senang kalau mencabut kumis yang putih itu. Kalau dapatnya dua, dia minta dua ribu rupiah. Ya, dua ribu rupiah untuk cabutan kumis yang sudah memutih. Sakit sekali kalau dicabut. tapi nikmat kalau sudah tercabut. hehehehe.

Namun, kalau uban yang ada di rambut jangan harap saya kasih. Sebab jumlah rambut yang memutih  sudah lebih banyak dari rambut yang berwarna hitam. Kata orang saya sudah menjauhi dunia hitam dan tergolong orang-orang putih (maksudnya orang-orang beruban). Kata orang pula, kalau rambut sudah beruban, itu tandanya kematian akan menjemput. makanya, saya selalu pakai peci. Istri saya bilang itu Peci NU. Peci buat NUTUP UBAN, hahahahaha.

[caption id="attachment_38673" align="alignright" width="100" caption="Perampok uang rakyat"][/caption]

Duh, kok saya bengong lagi. Barusan saya lihat lagi di televisi. Ibu Sri Mulyani yang cantik itu diminta mundur jadi menteri keuangan. Katanya beliau harus bertanggungjawab, sebab karena acc beliaulah uang rakyat hilang dirampok orang. Saya jadi bertambah bengong!. Begitu bodohkah para pejabat kita? Atau memang kitanya sebagai rakyat yang bodoh. Mau saja dikibulin sama para koruptor itu. Mau saja diboongin oleh para pemakan uang rakyat yang hidup sehat di rumah mewah dengan fasilitas yang serba wah. Serba pencet tombol dengan teknologi modern pula.

[caption id="attachment_38680" align="alignleft" width="109" caption="Mau Kuhitung Uangmu?"][/caption]

Sedangkan saya? Saya bengong. Bengong sendirian di depan komputer. Pusing memikirkan nasib menjadi guru yang kata orang berilmu, gajinya hanya cukup seminggu. Tak terpikir beli buku karena istri dan anak sudah menunggu. Menunggu dibelikan baju dan juga kebutuhan pokok ini itu sampai hari minggu. Sudah barang tentu, saya tidak tahu mau kemana akan menuju karena semua pintu sudah tak tertuju lagi padaku. Oh guru, bersabarlah!. Pasti akan ada orang baik yang akan menolongmu. Memberimu rezeki setelah ada pembaca kompasiana membaca ini. Lalu meminta no rekeningmu di bank CENTURY dan akan memberimu uang halal. Ya, uang halal dari orang baik yang tak mau disebutkan namanya. Katanya, tangan kanan memberi, tangan kiri tak boleh tahu.

Saya bengong dan kembali bengong. Melihat teman-teman guru yang sibuk mengisi rapot. Melaporkan nilai para peserta didiknya. Kemajuan teknologi membuat mengisi rapot terasa mudah. Tidak perlu seperti dulu yang harus ditulis satu persatu. Membuat guru dihabiskan waktunya untuk menulis angka-angka dan huruf-huruf yang tak boleh salah. Sebab bila salah, jeleklah rapot siswa. Perlu ketelitian dan keapikan tersendiri. Membaca potensi unik siswa, dan mengabari orang tua kalau anaknya memiliki potensi unggul.

Bengong, benar-benar saya bengong sore ini, dan akhirnya membuat tulisan ini. Semoga saja bermanfaat dari orang yang berwajah sendu (senang duit). Hehehhehe.

Salam blogger persahabatan

Omjay

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun