Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duh!! Enaknya Muncul di Televisi! Sama Pak JK Lagi!

4 Maret 2010   17:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:37 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_86317" align="alignleft" width="300" caption="Impian Bertemu Pak JK itu Terwujud Berkat Ngeblog di Kompasiana"][/caption]

Hari  minggu malam senin kemarin telepon seluler saya banyak berdering. Ada yang mengirimkan SMS dan ada juga yang berbicara langsung pada saya mengucapkan selamat karena saya ada di televisi. Tepatnya di Global TV mengikuti acara Rossi yang terkenal itu. Rasanya seperti artis saja, jadi punya banyak penggemar. Padahal saya masuk televisi bukan karena jadi artis atau public figure, tetapi saya diminta hadir oleh mas wawan untuk bertanya kepada idola saya Pak Jusuf Kalla. Sebuah kesempatan yang sangat langka.

Sahabat saya, Pak Asra yang ada di malaysia langsung memberikan saya SMS, Congratulation Omjay. Salah seorang sahabat saya telah muncul dan ditonton orang seluruh dunia. Selamat, semoga terus maju dan berkembang. There is a will, there is a way. Lalu ada sahabat saya yang berada di Palembang juga mengirimkan SMS,  Selamat malam omjay, saya sedang melihat Omjay di Global TV, enak ya oom, bisa ngobrol sama pak JK, dan masih banyak sekali SMS yang masuk ke hp saya, dan saya ucapkan terima kasih banyak atas perhatian teman-teman kompasiana.

Dulu saya cuma bisa bermimpi bisa bertemu pak Yusuf Kalla, tetapi setelah menjadi blogger Kompasiana, sekarang itu mimpi saya menjadi kenyataan. Saya tak hanya bertemu beliau lewat dunia mimpi dan dunia maya, tetapi kini dunia nyata. Kompasiana memang hebat. Kompasiana memang blog paling ajaib yang pernah saya ikuti. Anda bisa baca postingan saya di http://umum.kompasiana.com/2009/07/11/apa-kabarnya-pak-jk/.

Saya juga masih menyimpan kenangan tulisan saya untukpak JK di sini, namun yg paling berkesan adalah yang di bawah ini.

<!--[if !mso]> <! st1:*{behavior:url(#ieooui) } -->

SENYUM TERMANIS JK DI UTS

Hari ini, Jum'at 16 Oktober 2009 adalah hari dimana saya terakhir bertugas mengawas di Ujian Tengah Semester (UTS). Di saat-saat mengawas itu, saya tertegun sejenak memandangi foto pak JK yang sedang tersenyum manis menemani kami mengerjakan soal-soal UTS. Pak JK, dengan nama panjang Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla adalah Wakil presiden Republik Indonesia yang sebentar lagi akan mengakhiri masa jabatannya. Mungkin bagi orang lain, pak JK adalah sosok yang biasa-biasa saja, tapi tidak bagi saya. Hari ini, saya pandangi foto beliau yang sedang tersenyum manis. Senyum termanis JK di UTS yang saya temui. Membuat saya tergoda untuk mencurahkannya dalam bentuk tulisan dan saya sharingkan untuk pembaca kompasiana.

Pak JK adalah sosok pemimpin yang unik. Tokoh yang satu ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh tokoh pemimpin Indonesia pada umumnya. Itulah kenapa saya jatuh hati untuk memilih beliau menjadi presiden. Sudah baca Koran kompas hari ini? Bukalah hal 44 pada tokoh pilihan kolom kompas kita dan anda akan temukan judul besar di sana, pak JK "Ingin terus berbuat baik untuk bangsa". Terharu saya membacanya, dan membuat saya tersulut untuk membuat tulisan di rumah kompasiana yang akan melaksanakan HUT-nya yang pertama.

Pak JK adalah wakil presiden pertama pilihan rakyat yang terpilih secara langsung. Beliau terpilih bersama dengan pk SBY dalam pilpres 2004. Rasanya seperti mimpi saja. Lima tahun serasa sebentar. Dunia berputar dan roda perpolitikan Indonesia pun berputar kencang. Kemesraan pasangan SBY-JK berakhir sudah. Dulu pasangan SBY-JK adalah 'partner' paling disukai oleh rakyat.

Kebersamaan itu hanya berjalan 5 tahun, persis seperti pengantin yang berumah tangga selama 5 tahun dan tak memiliki kecocokan. Masing-masing pasangan memutuskan untuk bercerai dan mencari pasangan barunya. Misi dan visi mereka dalam mmimpin negera berubah seiring berjalannya waktu. Pak SBY lebih senang memilih pak Boediono sebagai wakilnya, dan pak JK pun memutuskan untuk menggandeng pak Wiranto menjadi pasangan barunya dalam pilpres 2009.

Di dalam politik tak ada teman yang abadi, dan yang ada adalah kepentingan yang abadi. Dulu kawan, sekarang lawan. Dalam politik sah-sah saja seperti itu. Kita tentu banyak belajar dari pecahnya pasangan SBY-JK. Pasangan pemimpin yang merajut kebersamaannya dalam waktu 5 tahun yang terasa sangat singkat.

Setelah pelantikan presiden SBY dan wakil presiden Boediono, foto-foto pemimpin itu juga berpengaruh dalam keuangan sekolah dan kelengkapan kelas. Foto pak JK akan diturunkan, dan berganti dengan foto pak Boediono. Foto-foto Prof. Dr. Boediono akan ada dalam kelas-kelas kita di sekolah dan turut mewarnai dinamika yang terjadi di kelas. Pak Boediono akan tersenyum menatap anak-anak kita yang sedang mengerjakan UTS dan beliaupun akan tersenyum melihat kelakuan anak-anak yang mencontek dan luput dari pengawasan mata pengawas UTS, hehehehe (jadi Pak Budiono ikut ngawas UTS dong?)

Dalam kelas yang tenang ini, di saat-saat anak-anak mengerjakan soal UTS, saya melihat senyum termanis Pak JK yang saya temui. Senyum termanis Pa JK yang saya temui, di saat-saat akhir saya mengawas UTS. Memandangi dan melihat foto pak JK dengan kumis tipisnya yang memikat hati. Memandangi idola saya yang selalu tersenyum dan mengajarkan kita untuk terus berbuat baik untuk bangsa. Menjadi bahan humor saya dalam menegur siswa yang ketahuan mencontek sambil berceloteh nakal, "Kalian harus malu sama pak JK, beliau tetap tersenyum melihat kelakuan kalian yang mencontek dan tak percaya diri".

Pak JK adalah tokoh idola saya. Tokoh idola seorang guru SMP Labschool Jakarta yang membuat saya menuliskan cerita ini di kompasiana, dan berharap semoga saja beliau membacanya langsung. Membaca dari tulisan seorang guru yang baru saja selesai bertugas mengawas UTS di sekolah. Bukankah pak JK  adalah guest blogger kompasiana?

Pergantian presiden dan wakil presiden, ternyata membawa dampak juga bagi perekonomian sekolah. Buat sekolah-sekolah yang memiliki duit banyak, mengganti foto presiden dan wakil presiden baru mungkin  tidak akan mengalami kesulitan. Tetapi bila APBS (Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) terbatas dan sangat minim, mengganti foto presiden dan wakil presiden baru yang akan dipasang di depan kelas akan menjadi beban. Coba saja anda hitung! Bila harga foto pemimpin negara itu sekitar Rp. 10.000 lalu dikalikan dengan 20 kelas misalnya, maka akan berjumlah sebesar Rp. 200.000,-. Kelihatannya sepele, tetapi bagi sekolah yang baru saja ditimpa bencana, akan menjadi masalah karena minimnya dana.

Pak JK yang saya kagumi, Meski hari ini saya melihat engkau tersenyum manis di UTS, menemani saya mengawasi anak-anak, saya tak akan pernah melupakan jasa-jasa anda kepada negara ini. Indonesia perlu sosok seperti bapak. Indonesia perlu tokoh yang berani mengambil keputusan ‘Lebih Cepat, Lebih Baik'. Mengabdi pada ibu pertiwi dengan sepenuh hati. Membuat terobosan-terobosan baru yang membuat engkau tak disukai dan tidak dipahami. Bahkan ada guru yang sampai membenci pak JK.

Apakah bapak masih ingat? Ketika bapak sedikit marah pada guru di Solo, disaat Prof. Winarno Surahmad selesai membaca puisinya yang menyindir rumah guru masih kalah bagus dengan kandang ayam?. Banyak juga yang bersuara miring, tentang tetap 'kekeuhnya" bapak JK agar sekolah-sekolah melaksanakan Ujian Nasional (UN) yang terpadu secara nasional agar bangsa ini pintar. Pro dan kontra terjadi akibat kebijakan ini. UN dianggap menjadi momok lemahnya kreativitas guru dan siswa. Mungkin itu hanya isue yang tak mendasar, mungkin itu hanya sebuah artikel yang berbeda cara pandang dengan pemikiran bapak, tetapi saya yakin tujuannya sama. Sama-sama ingin memajukan bangsa yang kita cintai ini, agar anak-anak kita kelak pintar dan mampu bersaing dengan bangsa lainnya di dunia.

Sebelum bapak pulang kampung ke Makasar, izinkan saya bertemu bapak untuk bersilahturahim dan saling menyapa serta berjabat tangan. Bertemu tokoh idola saya yang saya kagumi. Mungkinkah ini akan terjadi? Saya pasrahkan seluruhnya pada Ilahi Robbi. Bila Allah berkendak, pasti DIA akan mempertemukan saya dengan pak JK. Mempertemukan kami di dunia nyata dan bukan hanya di dunia maya.

Akhirnya, senyum termanis pak JK di UTS membuat saya bangga dengan seorang tokoh yang telah menerima penghargaan sebagai doktor honoris causa di bidang ekonomi dari Universitas Malaya, Malaysia pada tahun 2007.

Selamat bertugas di tempat baru pak JK, dan teruslah berbuat baik untuk bangsa.

Salam blogger persahabatan

Omjay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun