As you can see, National Exam is just a months away. Actually, there are just 3 months left before that. Yang berada dipikiran gue, cuma terbayang "tiga bulan lagi, tiga bulan lagi, tiga bulan lagi!" sampe otak kena diabetes mellitus. Ada juga yang bilang, "ah, UN gak ngefek buat gue". Yah, ideologi dari orang-orang emang beda dari ideologi kita-kita. Misalnya gue. Kalo gue ngedumel tentang "tiga bulan lagi" itu, nggak harus UN kan? mungkin aja, tiga bulan lagi gue ultah, atau ada acara yang penting, ato mungkin gue bakal melahirkan di hari itu. Jadi, dampak UN ke gue itu adalah: NGEFEK, TAPI BERLAGAK NGGAK NGEFEK.
*** Dari kacamata gue, yang gue liat dari UN itu penuh dengan ke-positif-an dan ke-negatif-an. Yang positifnya, mungkin bisa kayak di bawah ini: -average UN test are a lot more easier than US. -siswa jadi lebih giat belajar (ceileh) -bisa ujian dengan full ready karena (mungkin) didukung les sama tambahan, dan semacem banyaknya Dan buat negatifnya, jadi burem kalo liat jauh. Hyayayyaya...... -Stres (pasti) -Kayaknya makin kedepan jadwalnya makin cepet, jadi makin kepepet waktunya untuk persiapan -berpengaruh sama kesehatan, karena bimbel sana-sini, dan semacem banyaknya yang ga bisa gue sebut di sini. Jadi, menurut kalian? setuju nggak setuju, semua itu kalian putuskan lewat kacamata kalian sendiri, okey? Well, I think that's enough (you think?). Gue nggak mau telat ILP (lagi). Chiao! Sebenarnya, kalau kita mau jujur, pemerintah telah melakukan apa yang disebut "transaksi" pendidikan dan kurang menghormati proses hukum di negeri ini. Jangan sampai ada gerakan tolak UN yang berujung kepada ketidakpercayaan masyarakat kepada depdiknas atau pemerintah. Kalau pemerintah masih saja ngeyel, itu berarti Pendidikan tidak lagi dimaknai sebagai proses pembelajaran, tetapi sebagai proses pemadatan pengajaran. Apalagi UN akan dipercepat menjadi bulan Maret 2010. Oleh karena itu, saya menyarankan sebaiknya pemerintah meninjau ulang kembali pelaksanaan UN dan jadikan UN hanya sebagai pemetaan pendidikan saja, dan bukan penentu kelulusan siswa. Sebab UN ternyata telah mematikan kreativitas siswa. Bila UN tetap saja dilaksanakan dengan sistem seperti ini, UN pada akhirnya telah menjebak sekolah menjadi sama dengan bimbingan belajar (bimbel). Benarkah? salam blogger Persahabatan omjay http://wijayalabs.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H