[caption id="attachment_10338" align="aligncenter" width="448" caption="Bubur Ayam Wanaraja Garut"][/caption]
Teman-teman yang omjay sayangi dan banggakan. Selamat pagi, dan selamat menikmati suasana pagi yang cerah dan ceria. Kudoakan hari ini lebih baik rezekimu dari hari kemarin. Engkaupun bahagia selalu bersama keluarga tercinta.
Jangan pernah engkau lewatkan moment terindah dalam hidupmu. Tahukah kamu apakah moment terindah itu? Moment terindah itu adalah ketika terdengar kumandang suara adzan subuh dari rumah Allah, dan engkau mampu mengalahkan dirimu dari rasa kantuk dan kemalasan diri. Indahnya suasana subuh akan membuatmu senantiasa bersyukur akan segala nikmat yang telah didapatkan.
Syukur alhamdulillah, udara pagi ini di kampung Bojong, Wanaraja Garut dingin sekali. Kucuran air pegunungan yang menyentuh kulit membuat badan ini menggigil. Kletek kletek suara gemeletuk gigi tak bisa membohongi diri dari rasa dingin yang menyengat tubuh. Lalu kuajak diri ini untuk move on menegakkan sholat subuh.
Subahanallah, usai sholat subuh, kupaksakan diri untuk berolahraga pagi. Aku sudah tak kuat berlari, maka aku memilih berjalan kaki menuju pasar Wanaraja Garut. Seperti biasanya, saat setelah sholat subuh pasar ini ramai dikunjungi orang untuk berbelanja keperluan keluarga. Berbagai macam barang, makanan, minuman dan lain-lain terjajar rapih di pasar ini menunggu pembeli. Kulangkahkan kaki lebih kurang 500 meter dari rumah. Allahu Akbar di sepanjang jalan, kutemui seorang gelandangan wanita yang masih terlelap dalam tidurnya. Kulihat di depan sebuah kantor bank, wanita tersebut menikmati tidurnya yang beralaskan dan berselimut kardus. Alhamdulillah, sungguh aku harus bersyukur kepada Allah. Sungguh nasibku jauh lebih baik dari nasib wanita setengah tua ini. Puji dan rasa syukur kuucapkan kepada Allah dari kelapangan rezeki yang kudapatkan. Semoga aku termasuk dalam barisan orang-orang yang bersyukur dan mensyukri nikmat Allah. Tak terasa kaki ini terus melangkah jauh dan mendekati pasar Wanaraja Garut. Aku berhenti sejenak untuk melepas lelah di bangku plastik yang berwarna biru. Â Sambil kuperhatikan tukang bubur yang telah mempersiapkan barang dagangannya. Terjadi kolaborasi indah antara suami, istri, dan seorang anak lakinya. Aku dibuat terpana menyaksikannya.
Di depan mataku mereka bekerja sama dalam menjemput rezekinya. Tak berapa lama, bubur ayampun siap disajikan dan akupun ditawarkannya. "Mau pesan bubur pak!", begitulah tukang bubur ayam menyapaku ramah. "Iya pak! pakai sambal ya!? jawabku dengan sigap.
Kulihat istrinya menyiapkan bubur ayam dengan cekatan, dan kuamati anak lelakinya menyiapkan minuman teh panas yang hangat di tenggorokan. Wow bubur ayampun telah tersedia di depan mataku dan siap disantap. Nyam nyam nikmati sekali rasanya. Alhamdulillah.
Aku ingin engkau ikut menikmati lezatnya bubur ayam di depan pasar Wanaraja Garut. Kusantap sabu-sabu ini dengan lahap. Ssst, hanya dalam beberapa hitungan menit saja, isi mangkoknya sudah kosong kembali. Bubur ayam beserta isinya sudah berpindah dengan cepat ke dalam perutku yang endut ini, hehehe.
Menikmati suasana pagi dan bubur ayam yang lezat di pasar Wanaraja Garut membuatku bersyukur akan segala nikmat yang telah aku peroleh. Semoga selalu bersyukur akan segala nikmat yang telah diberikan. Tukang bubur di pagi hari telah mengajarkanku bagaimana menjemput rezeki yang halal di pagi hari.
[caption id="attachment_317212" align="aligncenter" width="533" caption="Bubur Ayam Wanaraja Garut"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H