Hal yang urgent saat ini adalah Update materi TIK-nya. Upgrade sarana dan prasarananya. Latih guru-gurunya menjadi ahli TIK dan bukan diminta kuliah lagi atau melinierkan diri. Kompetensi jauh lebih penting daripada harus kuliah S1 lagi.
Uji Kompetensi guru TIK dan KKPI jauh lebih penting dari pada guru-guru diminta lagi kuliah s1 kedua. Selain mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, jarak antara sekolah dan kampus di berbagai daerah belum tentu dekat. Mereka harus berkendara puluhan atau ratusan kilometer untuk bisa kuliah lagi. "Habis manis sepah dibuang" begitulah yang terjadi dengan guru-guru yang tidak linier", kata seorang kawan di facebooknya.
Pemerintah seharusnya memberikan pelatihan untuk para guru tik dan kkpi agar mampu mengikuti perkembangaan zaman. Bukan menyalahkan atau malah membuat permen 68 yang menyakitkan guru tik yang tidak linier. Biar bagaimanapun mereka adalah aset negara yang harus diapresiasi keberadaannya. Mereka adalah ujung tombak menyebarnya virus TIK di negeri ini.
Sri Utari Yuliastuti, seorang guru di daerah mengatakan, "Sangat jarang dilaksanakan pelatihan terhadap guru TIK. Seringnya dilakukan secara mandiri untuk update ilmunya".
Dalam sebuah perjuangan seringkali yang dihadapi bukan musuh tetapi kawan-kawan kita sendiri yang kurang memahami arti perjuangan yang sesungguhnya. Kembalikan mata pelajaran tik dan kkpi adalah harga mati. Semua itu dilakukan untuk generasi emas indonesia. Bukan untuk urusan perut gurunya tapi untuk urusan bangsa ini agar mampu menjadi pemain dan produsen di bidang tik. Semoga Allah mengabulkan permohonan kami guru tik dan kkpi se-Indonesia.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H