Mohon tunggu...
Endiarto Wijaya
Endiarto Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Padawan

Menulis dan memotret kehidupan nyata adalah kegemaran saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

The Fate of the Furious: Persahabatan Para Jagoan Jalanan ala Hollywood

15 April 2017   02:17 Diperbarui: 15 April 2017   20:00 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film dengan jalinan cerita sederhana apabila diolah dengan resep yang tepat pasti ditonton oleh banyak orang. Gabungan artis ternama ditambah ramuan adegan aksi gila-gilaan dan efek visual menakjubkan menjadi resep yang selalu dipegang oleh Produser dan Sutradara serial franchise Fast and Furious. Resep itu diterapkan pula pada film Fast and Furious 8 : The Fate of the Furious yang disutradarai oleh F. Gary Gray dan diproduseri oleh Vin Diesel dan kawan-kawan.

Alkisah, seorang teroris wanita yang dikenal dengan sebutan Cipher (Charlize Theron) membuntuti Dominic Toretto atau Dom (Vin Diesel) dan Letty (Michelle Rodriguez) selama berbulan madu di Cuba. Cipher ternyata bermaksud untuk merekrut Dom guna menjalankan suatu misi melawan pemerintah. Entah apa yang ada dalam pikiran Dom sehingga ajakan Cipher itupun diterima meskipun konsekwensinya sungguh berat. Dengan ikut dalam misi Cipher, Dom berarti harus berhadapan dengan sahabat-sahabat karibnya termasuk Luke Hobbs (Dwayne “The Rock” Johnson).

Para sahabat yang dulu bahu-membahu berjuang bersama, sekarang berbalik memburu Dom dengan dukungan sebuah lembaga rahasia yang dipimpin oleh Frank “Mr Nobody” Petty (Kurt Russell).  Untuk mengimbangi kemampuan Dom, Deckard Shaw (Jason Statham) yang dulu menjadi musuh bebuyutan dalam Fast and Furious 7 diperbantukan dalam tim yang kali ini dipimpin oleh Hobbs. Deckard yang dikisahkan sebagai mantan Kapten Pasukan Khusus dinilai memiliki kemampuan khusus yang dibutuhkan oleh tim.

Pengejaran terhadap Dom dan Cipher berlangsung mulai New York hingga pedalaman Rusia yang diselimuti oleh salju tebal. Cipher tidak main-main untuk melawan Hobbs dan timnya. Teroris itu mengerahkan kapal selam bertenaga nuklir untuk mengalahkan para pemburu pimpinan Hobbs tersebut.Bagaimana akhir kisah film ini? Saksikan saja di bioskop terdekat di kota Anda.

*****

Bagi penggemar film The Negotiator (1998)  yang dibintangi oleh Samuel L. Jackson dan Kevin Spacey tentu ingat bagaimana cara Gary Gray sebagai seorang sutradara menciptakan drama yang penuh ketegangan. Dilihat dari sisi dramaturgi, The Fate of the Furious tidak sepadan dengn The Negotiator. Meskipun demikian, bisa dilihat bagaimana Gray bisa menerjemahkan emosi Letty yang merasa dikhianati oleh Dom. Gray juga bisa dinilai lumayan berhasil menggambarkan emosi Dom terhadap aksi Cipher yang bengis.

Di sisi lain, penikmat film Italian Job (2003) tentu masih belum lupa bagaimana Gary Gray menggarap adegan kejar-kejaran dengan mobil Mini Cooper. Namun, menggarap film Fast and Furious yang memiliki trademark  aksi kejar-kejaran gila-gilaan dengan aneka ragam mobil tentu merupakan tantangan tersendiri buat Gray. Menilik adegan kejar-kejaran gila-gilaan dalam film The Fate of the Furious ini, Gray bisa dikatakan berhasil membuktikan dirinya sebagai sutradara film aksi jempolan meskipun banyak adegan fantastis yang tentu memerlukan bantuan kecanggihan teknologi visualisasi komputer grafis atau CGI (computer generated imagery).

Kepiawaian Stephen F. Windon sebagai sinematografer yang turut terlibat dalam tim produksi sejak  The Fast and the Furious : Tokyo Drift (2006) juga menjadi penentu rasa dan warna adegan-adegan dalam The Fate of the Furious sehingga menjadi film yang sangat menarik untuk dinikmati. Sinematografer kelahiran Sydney, Australia ini begitu piawai dalam memanjakan mata penonton sejak adegan pembuka melalui visualisasi Kota Havana, Kuba yang dipenuhi bangunan-bangunan tua dengan kedalaman perspektif yang menarik. 

Warna bangunan-bangunan tua di Havana yang tampak kusam menjadi terlihat menarik berkat sentuhan pencahayaan dengan kontras dan saturasi yang kuat. Di sisi lain, penonton bisa menikmati bagaimana nuansa salju musim dingin digambarkan muram dan monoton, namun perlahan tapi pasti menjadi  lebih semarak dan berwarna pada saat visualisasi adegan kejar-kejaran yang melibatkan aneka kendaraan, helikopter dan kapal selam.

Terlepas dari penyutradaraan dan sinematografi, unsur penting yang tidak bisa dilepaskan dari daya tarik sebuah film adalah ceritanya. The Fate of The Furious dibangun dengan cerita yang tidak njelimet. Tidak sulit untuk memahami jalinan cerita film ini Meskipun demikian, Chris Morgan sebagai penulis cerita bisa memainkan emosi penonton sekaligus merangkai alur cerita yang mengandung kejutan. 

Jangan mengira film ini hanya soal bagaimana musuh dikalahkan, tetapi bagaimana menerima bekas lawan menjadi sahabat! Persahabatan para jagoan jalanan yang didasari atas keihlasan untuk melupakan permusuhan masa lalu merupakan satu pesan moral yang bisa dipetik dari film ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun