Mohon tunggu...
Endiarto Wijaya
Endiarto Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Padawan

Menulis dan memotret kehidupan nyata adalah kegemaran saya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kaypang

7 Desember 2011   06:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:43 2079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_147048" align="alignnone" width="200" caption="Ang Cit Kong"][/caption] Hingga saat ini, Chin Yong atau Jin Yong alias Louis Cha masih dihormati dikalangan penggemar cerita-cerita silat sebagai penulis cerita silat yang masyhur. Karya Jin Yong yang paling terkenal adalah trilogy The Legend of The Condor Heroes, The Return of The Condor Heroes dan Heaven Sword and Dragon Sabre. Trilogi tersebut sudah difilemkan dan turut mengangkat nama para aktor seperti Andy Lau (Pemeran Yang Guo dalam The Return of The Condor Heroes)  dan Tony Leung (Pemeran Thio Bu Ki dalam Heaven Sword and Dragon Sabre).

Para tokoh utama dalam karya Jin Yong adalah pendekar-pendekar pilih tanding yang berasal dari beragam latar belakang. Salah satu kelebihan Jin Yong adalah penanaman nilai-nilai filsafat dalam diri setiap tokoh pendekarnya. Guo Jing yang merupakan tokoh utama dalam The Legend of The Condor Heroes adalah seorang patriot yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya. Sebaliknya Yang Guo dikisahkan sebagai seorang pendekar yang lebih mementingkan keluarga di atas segalanya. Namun beberapa tokoh yang tak kalah menarik untuk dicermati adalah tokoh-tokoh pengemis atau gelandangan, seperti Zhou Bo Tong (Cioe Pek Thong) dan Ang Cit Kong. Mereka adalah pendekar-pendekar sakti mandraguna yang berafiliasi pada Partai Pengemis yang juga dikenal dengan sebuatan Partai Kaypang.

Para pendekar seperti Zhou Bo Tong dan Ang Cit Kong senantiasa tampil sederhana. Tampang mereka cenderung awut-awutan dan baju mereka tampak lusuh. Mereka juga bersikap senantiasa rendah hati bahkan kerap cenderung diremehkan oleh orang-orang yang tidak mengenal siapa mereka sebenarnya. Namun keahlian mereka dalam bersilat tidak dapat dipandang sebelah mata. Berbagai pendekar dari beragam kalangan selalu segan dan menaruh rasa hormat.

Apakah dalam sejarah China jaman dulu memang benar-benar pernah terdapat pendekar-pendekar yang berpenampilan bak gelandangan dan pengemis seperti Zhou Bo Tong dan Ang Cit Kong, tentu diperlukan kajian sejarah yang lebih mendalam. Namun dari sisi filsafat kehidupan, penokohan para pendekar seperti Zhou Bo Tong dan Ang Cit Kong mengandung pesan-pesan moral yang universal.

******

[caption id="attachment_147050" align="aligncenter" width="600" caption="Nikmatnya tidur di trotoar"][/caption] Dalam beberapa kesempatan, saya tertarik untuk berjalan menyusuri Jl. Sutan Syahrir, Malang di waktu malam. Lazimnnya, setelah pukul 18.00 WIB, toko-toko di sepanjang jalan itu sudah banyak yang tutup. Namun justru pada saat itulah terdapat satu fenomena menarik di sepanjang jalan itu. Di sepanjang trotoar Jl. Sutan Syahrir bertebaran para gelandangan yang sebagian besar tidur pulas dan sebagian lagi menikmati dinginnya hawa Kota Malang dengan mengobrol bersama kawan-kawan mereka sambil menikmati makanan dan minuman seadanya.

Ketika melihat para gelandangan bisa tidur pulas dengan selimut dan alas seadanya, saya merasa kagum. Betapa tidak? Banyak orang yang hanya bisa tidur nyenyak di dalam kamar yang nyaman dengan dilengkapi kasur empuk dan selimut wangi. Ketika orang-orang seperti itu dipaksa tidur di trotoar, mereka belum tentu bisa tidur. Bahkan kabarnya banyak juga yang sulit tidur meskipun kamar yang ditempati sangat nyaman dan kasurnyapun sangat empuk.

Selain itu, melihat para gelandangan tersebut bisa menikmati makan dan minuman ala kadarnya, saya juga merasa kagum dan kembali merenung. Banyak orang hanya bisa menikmati makan ketika berada di restoran yang bagus dengan menu makanan yang lumayan mewah. Orang-orang yang terbiasa dengan pola hidup seperti itu tentu akan kesulitan ketika dipaksa untuk menjalankan kebiasaan makan ala para kaum gelandangan. Jangankan makan ala gelandangan! Orang yang biasa makan enak di restoran mahal, lazimnya akan kesulitan makan di Warung Tegal.

Singkat kata, sebenarnya tiap orang, mulai dari konglomerat hingga gelandangan, masing-masing memiliki kelebihan. Mungkin kita termasuk orang yang dianugerahi kekayaan dan kemahiran dalam bidang tertentu, namun bukan berarti kita tidak kalah dengan para gelandangan. Kemampuan bertahan hidup dan daya tahan para gelandangan dengan fasilitas minimum dan harta benda yang minim patut dihargai.

Nampaknya pesan itulah yang ingin disampaikan oleh Chin Yung melalui tokoh-tokoh seperti Pendekar Zhou Bo Tong dan Pendekar Ang Cit Kong. Gelandanganpun punya kelebihan dan kita tidak patut menghina mereka. Renungan ini sekaligus saya maksudkan untuk mengingatkan diri saya sendiri agar tidak selalu memandang orang dengan sebelah mata hanya karena penampilan mereka atau gaya hidup mereka yang sederhana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun