Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Maudy Ayunda adalah Produk Seorang Ibu Terdidik

18 Juli 2021   05:25 Diperbarui: 19 Juli 2021   19:30 10665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maudy Ayunda dan kedua orangtuanya. Sumber: Instagram Maudy Ayunda

Banyak kalangan memandang Maudy Ayunda sebagai sosok sempurna. Ia cantik, cerdas, terdidik, kaya raya dan kaya karya. Ia pun sosok selebritis yang bebas dari skandal pun berita miring. Ia adalah sosok publik figur sempurna tiada cela sehingga wajar jika menjadi idola kaum muda. 

Namun tidak jarang, kekaguman pada Maudy membuat para pengagumnya merasa insecure dengan diri mereka sendiri. Mereka merasa Maudy bagai dewi sempurna tiada cela, sehingga merasa tak pantas untuk membandingkan diri.

Maudy bukanlah anak manusia yang simsalabim menjadi keren seperti yang kita saksikan sekarang. Dia berproses dan bertumbuh sebagaimana manusia pada umumnya. 

Maudy mengakui bahwa ia memanfaatkan privilese dengan baik, sehingga ia merasa sakit hati saat kerja kerasnya dinihilkan. Ia juga merasa sedih karena sering direndahkan sebab profesinya sebagai aktris. 

Bahkan saat ia telah melahirkan banyak karya, tetap saja banyak orang menganggap ia tak becus bekerja. Orang mengira yang disebut kerja adalah kerja kantoran 9 to 5, lantas melupakan bahwa pekerja industri kreatif juga pekerja. Bahkan Maudy belajar bekerja di industri ini sejak masih kecil saat si pekerja kantoran masih gemar bermain.

Maudy Ayunda adalah sulung dari dua bersaudara. Ayah dan ibunya orang terdidik dan mereka pebisnis. 

Ibu Maudy yaitu tante Muren banyak berkisah tentang masa-masa membesarkan kedua anaknya, dan sekaligus banyak bercerita tentang proses yang dijalani Maudy. Misalnya, saat Maudy SD ibunya resah dengan kurikulum di sekolah Maudy yang mengedepankan hapalan ala sekolah negeri.

 Sehingga ia mencari-cari sendiri sekolah yang pas untuk mendukung perkembangan anaknya. Maka saat menemukan satu sekolah dengan kurikulum nasional plus, ia mengajak Maudy ke sekolah itu dan Maudy jatuh cinta. 

Mereka sama-sama merasa cocok dengan iklim belajar di sekolah yang baru berdiri itu. Meski kemudian Maudy mengaku bahwa hingga SMP satu sekolah nggak suka sama Maudy. Ia pun merasa dibully tanpa tahu apa salahnya.

Pilihan sekolah yang merupakan hasil observasi dan diskusi antara Maudy dan ibunya ini menurutku merupakan pertanda bahwa tante Muren melihat pendidikan bukan sekadar anaknya bisa sekolah, melainkan belajar dengan cara yang benar di sekolah. 

Sebagai orangtua, tante Muren tidak melempar tanggung jawab pendidikan anaknya ke sekolah, melainkan menjadikan sekolah sebagai salah satu dari alat belajar bagi Maudy. 

Sebagai sarjana yang tentu saja menandakan ia perempuan terdidik, tante Muren paham bahwa masa depan Maudy ditentukan oleh pendidikan seperti apa yang dijalaninya sejak masih kecil. 

Pilihan pindah ke sekolah nasional plus adalah pilihan rasional, di mana disana Maudy bukan hanya belajar secara akademis dengan cara menyenangkan, melainkan belajar keragaman budaya dan bahasa internasional.

Dalam pengakuannya, Maudy mendapat dukungan penuh dari kedua orangtuanya dalam hal pendidikan. Buku adalah alat belajar utama yang selalu dibelikan ayah Maudy. 

Bahkan jika mereka jalan-jalan ke mall, maka toko yang pertama dimasuki adalah toko buku. Maudy juga diajak menikmati rasa bahagia saat menyiapkan aneka peralatan sekolah setiap kali naik kelas. 

Sehingga sekolah merupakan sarana bermain. Maudy pun rajin menyampul buku-buku sekolahnya sebagai kegiatan menyenangkan.

Dalam hal bakat dan keterampilan, tante Muren sangat perhatian. Ia memberi akses kepada Maudy untuk mengikuti aneka les yang Maudy sukai dalam pengembangan minat dan bakat. Selain itu Maudy juga mendapat infrastruktur yang baik setiap berangkat dan pulang sekolah. 

Jika awalnya Maudy diantar jemput oleh mobil pribadi, saat pindah sekolah Maudy harus naik bus sekolah dan mobil jemputan dijual untuk menambahi biaya sekolah. Yahh, masih bagus Maudy naik bus sekolah dibanding naik angkot atau naik sepeda apalagi jalan kaki kan?

sumber: @bantugurubelajarlagi
sumber: @bantugurubelajarlagi

Hal krusial yang sangat baik dalam keluarga Maudy adalah pola komunikasi. Ya, Maudy bisa mengkomunikasikan apapun dengan kedua orangtuanya sehingga segala keputusan yang diambil merupakan hasil berpikir bersama secara logis dan realistis. Pengalaman ini tentu menunjukkan kalau Maudy nggak pernah tertekan oleh ego orangtua kepada anak.

Jika bicara privilese, maka privilese paling mendasar dalam hidup Maudy bukanlah uang. Privilese itu adalah orangtua sempurna. Segala daya pikir dan daya upaya dimulai dari apa yang dilakukan kedua orangtua Maudy saat mereka menjadi orangtua. 

Sebagai orangtua sempurna yang kemudian didukung kemampuan finansial memadai, maka masa pertumbuhan Maudy tiada kekurangan secara lahir, batin dan pikiran. Hanya orangtua seperti inilah yang memang mampu menghasilkan produk sempurna berupa anak seperti Maudy.

Lihatlah saat menjelang kelulusan maudy di Stanford University, satu keluarga datang menemani Maudy dan mereka menyewa rumah/apartemen kecil untuk tinggal sementara. Mereka mengantar Maudy ke dunia pendidikan Internasional dan menemani Maudy meraih kebanggaan sebagai lulusan Stanford. 

Hanya keluarga bahagia dan sempurna yang bisa melakukan itu untuk anaknya, terlebih anak perempuan yang dinyinyiri orang akan berakhir di dapur saat menikah kelak. Hanya orang tua paripurna yang bisa melakukan itu untuk anaknya.


Dalam cerita tante Muren di akun Instagram-nya, kita bisa melihat bahwa tante Muren merupakan perempuan cerdas dan terdidik, yang sangat menghormati anak-anaknya. 

Ia tidak iri melihat Maudy tumbuh keren melebihi dirinya. Sebagai ibu, ia terlihat begitu mendukung dan membanggakan Maudy sebagai anak sulungnya yang sempurna. 

Sebagai ibu yang terdidik, ia telah berhasil menjalankan tugasnya menjadikan anak-anaknya lebih keren darinya. Keberhasilan tante Muren menunjukkan kepada dunia bahwa perempuan berpendidikan tinggi dan terdidik dapat mendidik anak-anaknya menjadi hebat. 

Ini tentu membuat kita merasa bahwa segala kesempurnaan dan hidup dan karir Maudy dimulai dari sosok tante Muren sebagai ibunya. Maudy adalah produk tante Muren yang bijaksana.

Banyak netizen yang kagum pada sosok tante Muren karena telah berhasil melahirkan, merawat, mendidik dan mengantarkan anak-anaknya pada kesuksesan. Banyak sekali netizen yang berharap tante Muren membuka kelas parenting sehingga para ibu bisa belajar kepadanya cara menjadi orangtua yang baik. 

Bagaimanapun juga, tante Muren merupakan sosok penting dibalik pencapaian paripurna Maudy Ayunda.

Jadi, mulai sekarang berhentilah melarang perempuan berpendidikan tinggi hanya karena suatu saat ia akan menikah. Justru, berbanggalah jika engkau bisa menikah dengan perempuan terdidik sebab dengannya hidupmu akan dipenuhi keberkahan.

Bogor, 18 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun