Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagi Orang Timor, Tenun Bukan Hanya Sehelai Kain, Tenun Ialah Penyambung Nyawa

4 November 2020   18:01 Diperbarui: 4 November 2020   18:19 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan saja, perempuan Timor harus menghasilkan tenun yang indah diantara kesibukan mengurus rumah, anak-anak, suami hingga lahan pertanian. Makanya nggak heran kalau ada tenun yang dibuat lebih dari 3 tahun yang harga jualnya diatas Rp.10 juta!

Jika kita pernah mendengar kisah Aleta Baun memimpin perjuangan perempuan Mollo dalam menggagalkan rencana penambangan marmer di kampung halamannya, maka kisah ini tak terlepas dari tenun. Perempuan tangguh dan berhati mulia yang kerap disapa Mama Aleta ini memperjuangkan ruang hidup dan identitas warga dengan menggunakan tenun sebagai pakaiannya sehari-hari, khususnya penutup kepala. 

Bukan karena Mama Aleta ingin tampil modis atau idealis, melainkan untuk menunjukkan identitas warga yang diwakilinya sebagai anggota DPRD NTT, khususnya untuk menunjukkan bahwa tenun, perempuan dan ruang hidup tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Menenun Menyelamatkan Ruang Hidup
Menenun Menyelamatkan Ruang Hidup
Mama Aleta juga memimpin kaum perempuan Timor menggunakan tenun dan kegiatan menenun sebagai senjata untuk menyelamatkan ruang hidup mereka dari ancaman. Pada 1997 perusahaan bernama PT. Teja Sekawan asal Surabaya mendapat izin penambangan dari Bupati Daniel Barunak, untuk menambang batu marmer di desa Fatumnasi dan Kuanoel yang berlokasi di dua bukit besar Nausus dan Anjaf. 

Padahal, wilayah tersebut merupakan ruang hidup bagi warga. Jika ruang hidup diubah bahkan dihancurkan demi kepentingan sebuah perusahaan, lantas bagaimana warga melanjutkan hidupnya, sementara kehidupan mereka berurat nadi di lokasi tersebut?

Mama Aleta Baun saat diganjar penghargaan internasional bergengsi.
Mama Aleta Baun saat diganjar penghargaan internasional bergengsi.
Karenanya, kekuatan perlawanan tanpa senjata dipilih, yang kemudian dimenangkan ini menjadi satu bukti bahwa perempuan dan tenun dapat menyelamatkan ruang hidup dari kerakusan praktek penambangan. Atas perjuangannya, pada 2013 Mama Aleta diganjar penghargaan bergengsi tingkat internasional bernama The Goldman Environmental Prize. 

Dana yang diperolehnya sebagai hadiah perjuangannya kemudian digunakan sebagai modal utama membangun sebuah lembaga bernama Mama Aleta Fund, sebuah organisasi yang dibentuk untuk membantu pendidikan perempuan Timor.

Perjalanan masih panjang, baik bagi para perempuan Timor dan tenun sebagai identitas mereka, juga bagi kita selaku penikmat khazanah budaya tanah air. Mudah-mudahan saja, tulisan singkat ini dapat membantu kita memperbaiki cara pikir kita tentang tenun, untuk tidak lagi memandang tenun hanya sehelai kain bermotif indah dengan harga sekian dan sekian. 

Kedepan, saat menjumpai tenun mungkin kita bersedia meluangkan waktu untuk menghidupkan cerita bagaimana sebuah kain atau sarung atau selendang tenun dibuat. Agar tenun yang kemudian menjadi rezeki kita tidak berakhir hanya sebagai pengisi lemari pakaian yang sesekali digunakan ke pesta atau acara formal. 

Melainkan sebagai sebuah cara berkomunikasi antara warga negara Indonesia dengan bertukar pikiran melalui tenun. Sebuah ikatan kebangsaan yang indah, bukan?

Oh ya, jika ingin mendukung perjuangan para perempuan Timor melalui Mama Aleta Fund, pembaca dapat membeli tenun karya perempuan Timor atau membeli buku ini di Teras Mitra (klik DISINI). Untuk setiap pembelian buku, Anda otomatis berdonasi untuk kegiatan women empowerment di NTT melalui Mama Aleta Fund. Perempuan saling membangun, Indonesia hebat! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun