Aktivitas menenun membuat perempuan menjalani peran ganda karena harus juga mengurus rumah, anak-anak, suami, keluarga, hingga lahan pertanian. Juga membuat kaum perempuan tidak lagi memiliki waktu, tenaga dan keinginan untuk terlibat dalam urusan peningkatan pengetahuan dan peran dalam aktivitas sosial, ekonomi dan politik di masyarakat.Â
Meski demikian, motif tenun yang sangat kaya dan indah menunjukkan betapa perempuan telah menempatkan identitasnya ke dalam tenun. Kita, sebagai penikmat tenun akan turut menyaksikan betapa terdapat kekayaan sudut pandang perempuan dalam memindahkan keindahan semesta ke dalam tenun.
TENUN DAN PEREMPUAN PENJAGA ALAM
Tenun dan alam memiliki hubungan erat. Perempuan Timor tidak bisa menenun tanpa bahan-bahan dari alam. Sebab, produk tenun paling pertama digunakan sebagai penutup tubuh manusia seperti cawat dan kain untuk menutup bagian kelamin. Alat dan warna yang digunakan juga sederhana saja, sehingga dinamika penggunaan tenun melahirkan kehendak menambahkan warna. Dan kini, tenun telah berkembang menjadi sedemikian indah dengan motif dan warna yang memikat mata, hingga meluluhkan hati. Tenun bahkan telah menjadi salah satu produk lokal yang mulai mendunia.
Pada mulanya, benang yang digunakan untuk menenun diperoleh dari kapas yang dipanen dari halaman-halaman rumah perempuan Mollo. Kapas baru bisa dipanen saat berumur 1 tahun, dengan bunga berwarna kuning sedikit oranye, mirip bunga kembang sepatu. Biji kapas ditanam pada musim hujan, di mana biji-biji akan pecah dan tumbuh menjadi tanaman baru. Setelah kapas siap dipintal menjadi benang, barulah kegiatan menenun dimulai.
Kegiatan menenun terdiri atas 3 kegiatan utama, yaitu:
1. Memintal benang, mewarnai dan menenun. Untuk mendapatkan benang, pertama-tama serat kapas dipisahkan dari bijinya menggunakan tangan atau alat dari kayu bernama abnimis yang terbuat dari kayu pohon kasuari, yang bentuknya mirip mol atau gulungan mi. Kapas kemudian dilembutkan sehingga lebih lembut, renggang dan mudah dibentuk, menggunakan alat bernama sifo yang dibuat dari pelepah pohon gewang, gunanya agar kapas bebas dari kotoran dan gumpalan solid sehingga saat dipintal akan menghasilkan ketebalan yang seragam.
2. Menggulung kapas atau nunu yang menghasilkan gulungan kapas yang merupakan bahan dasar untuk menenun yang disebut nasun.
3. Memintal nasun menjadi benang atau tasun, dan benang hasil tasun digulung atau Taunu menggunakan alat bernama none. Dan, ulala benang siap diwarnai.
Benang yang telah siap diwarnai kemudian diwarnai dengan pewarna yang berasal dari alam, seperti dedaunan, pelepah pohon hingga lumpur. Untuk warna seputih kapas, benang hanya perlu direndam dalam cairan tumbukan jagung putih atau bane yang telah dicampur air panas. Pencelupan dilakukan guna membuat benang kaku, tidak mudah putus dan warnanya terkunci.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!