Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Prank Ojek Online para Youtuber Merupakan Bentuk Penghinaan atas Profesi Seseorang

29 November 2019   13:19 Diperbarui: 30 November 2019   01:32 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, uang memang bukan segalanya. Tapi, kita menyaksikan sendiri bagaimana kelompok kaya menggunakan uang mereka untuk memperolok kemiskinan dan orang miskin. 

Banyak selebriti misalnya melakukan prank kepada orang miskin, lalu memberi mereka sedekah sejumlah uang, seakan-akan dengan melakukan itu mereka sudah mengentaskan kemiskinan. 

Padahal, mengentaskan kemiskinan nggak selalu dengan uang, melainkan dengan program yang membuta kemiskinan lenyap secara struktural dan kultural.

Tanpa harus bicara menggunakan teori dari para pakar kemiskinan, prank ojol oleh sejumlah Youtuber merupakan gejala 'ketidakpedulian' kaum sok kaya dalam melawan kebodohan dalam diri mereka sendiri. 

Mengapa bisa disebut bodoh? Karena dalam berderma atau bersedekah atau memberi sesuatu kepada mereka yang membutuhkan memiliki etika. Kita pasti pernah mendengar anekdot jika tangan kanan memberi, tangan kiri nggak perlu tahu, sebagai simbol kedermawanan yang tidak perlu dipamerkan dengan membabi buta.

Jika kita ingin melihat transparansi atas sedekah kita pada kelompok miskin, kita bisa menyalurkannya melalui lembaga-lembaga yang berbadan hukum dan kredibel dalam melaksanakan program pengentasan kemiskinan. Atau menyumbangkan secara langsung kepada keluarga-keluarga miskin untuk setidaknya memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti pangan dan akses pada kesehatan. 

Contoh paling nyata dari kedermawanan komunitas bisa dilihat dari Sedekah Rombongan. Nggak pake prank macam Youtuber mereka telah menolong ribuan orang seantero nusantara. 

Atau, kita bisa menyumbang melalui penyedia layanan penggalangan dana publik seperti yang dilakukan kitabisa.com dan lembaga lain.

Intinya, nggak usah menggunakan kemiskinan orang lain (dalam hal ini driver ojol) untuk menunjukkan cara bersedekah kita yang nggak pake etika dan malah menyakiti. Bukannya terlihat dermawan, para Youtuber terkesan bodoh dan kurang ilmu.

HUKUMAN BUAT YOUTUBER SAMPAH MODEL BEGINI!
Btw, para content creator aka influencer aka orang-orang kaya baru yang disebut Youtuber dengan konten sampah seperti ini perlu diberi pelajaran oleh netizen. Hukuman sosial perlu diberikan untuk menunjukkan bahwa perbuatan mereka salah dan menghina martabat manusia lain dengan pekerjaannya. 

Karena aku yakin, para Youtuber tersebut nggak akan berani melakukan prank cancel suatu layanan suatu perusahaan raksasa, yang justru bisa berbalik memenjarakan mereka. Nah, hukuman yang tepat buat kaum Youtuber tidak manusiawi model begini adalah 3 saja, yaitu:

  • Pertama: Dislike konten mereka yang merupakan kegiatan prank kepada driver ojek online. Sebagai netizen, kita gunakan kekuatan "people power" untuk menghukum mereka yang tidak manusiawi dalam memperlakukan orang lain dalam menjalankan pekerjaannya. Hal ini diperlukan agar content creator yang lain tidak meniru aksi tidak terpuji ini. Bila perlu dan sangat mendesak, kita laporkan konten tersebut ke pihak berwenang karena merugikan, membodohi dan meresahkan masyarakat.
  • Kedua: laporkan kepada pihak Youtube agar mereka diberi sanksi. 
  • Ketiga: Unsubscribe channel mereka. Beri para Youtuber itu pelajaran keras bahwa dalam bekerja setiap orang harus professional, sopan, dan menghargai orang lain dengan pekerjaannya masing-masing. Jika para content creator di Youtube memiliki aturan yang harus dipatuhi untuk mengikuti community guidelines, begitu pula dengan driver ojek online dengan aturan sendiri dari perusahaan mitra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun