Nah, porsi air tawar hanya seikit saja yaitu 2.5%. Jumla  air tawar yang sangat sedikit ini terbagi lagi menjadi air tanah 0,64%,  air di danau, rawacsungai dan uap air di atmoster adalah 0,01%, dan  1,85%nya merupakan air beku alias es di kutub dan glasier. Hm, pantas kalau musim kemarau kita kekurangan air ya, karena jumlahnya memang sangat sedikit.Â
Nah, meskipun air ada di mana-mana entah berupa air tawar maupun air asin, ternyata jumlah  air tidak akan pernah berkurang atau bertambah. Air yang ada di bumi  hanya menjalani siklus tak kenal henti yang disebut siklus hidrologi  atau siklus air, yaitu pola sirkulasi air dalam  ekosistemnya dari mulai proses pemanasan air yang ada di permukaan bumi,  penguapan air yang naik ke atmosfer, kondensasi uap air, hingga jadi  titik air yang kembali jatuh ke bumi sebagai hujan. Siklus ini  berlangsung terus menerus tak kenal henti selama air masih ada di bumi,  dan tentu saja selama bumi ini masih eksis.Â
Sementara bisa jadi di  wilayah lain mengalami kelebihan air karena banjir, yang juga merusak  lahan pertanian serta menyebabkan kekurangan pangan. Oleh karena itu,  berbagai pihak khususnya pemerintah selalu berupaya menjaga dinamika  siklus air ini berjalan ideal. Salah satunya melalui sudut pandang green water dan blue water.Â
Hm, konsep apakah ini? Â
GREEN WATER & BLUE WATER
Malin  Falkemark, seorang pakar konservasi sumber daya air berkelanjutan asal  Swedia menyatakan bahwa ketahanan air berkelanjutan dapat dilakukan  dengan menggunakan perspektif Green Water dan Blue Water. Secara sederhana, green water mengacu pada bagian curah hujan yang dikonsumsi vegetasi melalui proses evapontranspirasi.Â
Nah, si air hujan yang dikonsumsi tanaman dan pohon ini menjadi green water storage atau cadangan air yang digunakan tanaman dalam proses menghasilkan  produk pertanian, perkebunan dan kehutanan. Termasuk juga sumber air  untuk irigasi.Â
Jika  keseimbangan ekosistem terganggu seperti oleh penggundulan hutan,  pertambangan dan sebagainya maka akan mengguncang kondisi ideal green water dan blue water.  Bahkan dampak terburuknya bisa mengancam ketahanan pangan. Sehingga,  program ketahanan air berkelanjutan harus memperhatikan persentase green water (55%) dan blue water (45%). Keseimbangan ada untuk mewujudkan upaya ketahanan pangan dan pengendalian daya rusak air.  Â
MERAWAT AIR DENGAN SEDERHANAÂ