Mari  kita mulai dengan terlebih dahulu menghitung jumlah orang dalam  keluarga besar Kementerian Agama. Berdasarkan dokumen berjudul  Kementerian Agama Dalam Angka 2017, berikut adalah jumlah keluarga besar  Kementerian Agama dari tingkat pusat hingga daerah: jumlah pegawai  Kementerian Agama adalah sebanyak 232.874 orang (Kantor Pusat, Kantor  Wilayah, PTKN, Balitbang & Diklat, dan UPT Asrama Haji); pegawai di  71 Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri adalah sebanyak 18.359 orang;  pegawai di 3 Balai Litbang dan 14 Balai Diklat adalah sebanyak 868  orang; ditambah lagi dengan pegawai di 1.690 MIN, 1.444 MTSN dan 764  MAN.
Jika  kubuat program "ngaji literasi media" setiap satu kali per bulan mulai  dari kantor pusat, kantor wilayah, balai diklat & balai litbang,  perguruan tinggi hingga sekolah di lingkungan Kementerian Agama, maka  jumlah warga negara Indonesia yang melek literasi media akan sangat  melimpah. Jika para pegawai ini sudah melek literasi, minimal mereka  akan mewariskan pengetahuan itu kepada anggota keluarganya  masing-masing, sehingga jumlah warga negara yang melek literasi media  akan semakin melimpah bagai bintang di langit. Upaya baik akan indah dan  mencerahkan, bukan?Â
3. Ngaji-Literasi Media  Bersama Lembaga Keagamaan
Saat program "Ngaji Literasi Media" di lingkungan Kementerian Agama sudah berjalan, maka langkah  selanjutnya adalah melakukan hal serupa bersama seluruh lembaga  keagamaan yang ada di Indonesia. Yah, meski tidak semua warga negara  Indonesia religius, tetapi sebagian besar orang Indonesia masih  mempercayai nasehat dan kata-kata dari tokoh agama yang mereka anut  dibanding orangtua, guru, apalagi motivator dan selebriti.
Saat ini, Indonesia memiliki sebanyak 239.497 unit Masjid dan 257,361 unit Mushalla; 60.170 unit Gereja Kristen; 11.021 unit Gereja Katolik, 2.354 unit Vihara, 24.837 unit Pura dan 552 unit Kelenteng. Jika  dalam satu kali dalam sebulan para pemuka setiap agama memberikan  ceramah atau pelajaran tentang pentingnya menangkal hoax kepada umat  masing-masing, maka bisa dipastikan memberi pengaruh positif yang  berlipat ganda. Bagaimanapun juga, orang-orang yang datang untuk  beribadah masih percaya pada kebaikan nilai agama yang mereka anut dan  takut akan siksa yang Tuhan berikan.
Upaya ini dapat diperkuat dengan memasukkan materi "Literasi Media" dalam pertemuan-pertemuan organisasi keagamaan yang lebih fleksibel dan  biasanya banyak dihadiri oleh anak muda. Dalam konteks umat Islam  misalnya, Kementerian Agama dapat bekerjasama dengan Pemuda Muhammadiyah  atau Muslimat NU dan lain sebagainya.
4. Memanfaatkan The Power of Social InfluencerÂ
Di era digital ini peran para social influencer sangat penting. Sebagian besar mereka adalah anak muda yang melek  teknologi dan sangat suka mengekspresikan diri melalui berbagai kanal  media sosial seperti Youtube dan Instagram. Selain karena karya mereka  menghasilkan uang melimpah dan popularitas lintas negara. Para Social Influencer ini memiliki dunianya sendiri, dengan sejumlah aturan yang unik dan  tentu saja memiliki jutaan pengikut, dan mereka semua adalah anak muda,  generasi produktif bangsa ini! Konten media sosial mereka selalu  dinantikan, gaya mereka diikuti hingga menjadi inspirasi. Bahkan, bisa  jadi pengaruh para Social Influencer ini jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan nasehat orangtua dan tokoh agama.Â
#BilaAkuJadiMenag maka akan kuundang para Social Influencer ini ke kantor Kementerian Agama dengan agenda khusus membahas kerjasama antara Kementerian Agama dan para Social Influencer untuk menangkal hoax. Coba saja Anda bayangkan ceriwisnya Ria Ricis, Â Nissa Sabyan atau Arie Kriting saat mengajak para remaja menangkal hoax melalui sebuah video di Youtube.Â
Atau bijaknya Maudy Ayunda, Iqbaal  Ramadhan dan Nikita Willy yang mengajak netizen menangkal hoax melalui  sebuah postingan di Instagram. Atau peran para mamah muda seperti Dian  Sastro, Chelsea Olivia, Sabai Dieter, Gisella Anastasia dan Merry Riana  yang dapat membantu melipat gandakan upaya menangkal hoax di lingkungan  sosial mereka, bahkan saat momen arisan atau mengantar anak ke sekolah.  Netizen bisa klepek-klepek dengan nasionalisme mereka, bukan?
5. Laporkan Berjamaah Konten Negatif dan Hoax