Bulan  Ramadan lalu pertama kalinya aku berjumpa dengan Menteri Agama Bapak  Lukman Hakim Saifuddin, dan istri beliau Ibu Trisna Willy dalam kegiatan  Kompasiana  Perspektif "Menag Bercerita: Melawan Hoax, Menjaga Hati". Acaranya  adalah tentang menangkal hoax dan apa yang sudah dilakukan Pak Menteri  secara pribadi dalam menangkal berita bohong, khususnya di media sosial.  "Dunia maya adalah hasrat dunia baru yang menjebak," kata Pak Lukman  dan kata-kata itu sontak menohokku, tepat di jantung hati. Kata 'menjebak' membuatku teringat dengan tulisanku sendiri saat mereview novel karya mbak Okky Madasari yang berjudul 'Kerumunan Terakhir' yang berkisah tentang orang-orang yang hancur hidupnya karena jebakan dunia maya.
Pak Menteri mengingatkan agar kita tidak mudah baper/terpancing  emosi saat bermain media sosial, karena menurutnya dunia maya merupakan  dunia main-main yang seharusnya dihadapi dengan santai seperti sedang  liburan di pantai. Sikap baper saat bermain media sosial selain  dapat dengan mudah menyebarkan virus hoax, juga membuat kita cenderung  mudah stress, hilang akal dan merusak hati. Ah iya juga ya, sebab jiwa  yang sehat adalah pondasi bagi tubuh yang kuat.
Nah,  karena tugas seorang Menteri Agama itu sulit, aku berandai-andai  #BilaAkuJadiMenag dan sedang mendapat tugas dari Presiden untuk melibas  habis wabah hoax yang melanda masyarakat Indonesia. Bayangkanlah, bangsa  Indonesia baru saja memiliki Menteri Agama seorang perempuan, lajang  pula (bukan iklan mencari pangeran tampan ya hehe) dan akan memulai tugas menangkal hoax dengan tegas, cepat, tepat dan memiliki efek jera.
Berikut adalah 5 trik asyik menangkal hoax yang sebaiknya dimulai dari keluarga besar Kementerian Agama:
1. Satu Hari Satu Posting Konten PositifÂ
Sebagai  Menteri Agama di era digital, aku punya akun media sosial dong, yaitu  Twitter. Karena tanggung jawab menangkal hoax ini pertama-tama ada di  pundakku, maka aku akan memposting minimal satu tweet positif  setiap hari. Ini adalah trik asyik yang sederhana, yang langsung dapat  diikuti oleh seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Agama yang  kupimpin. Bisa dibayangkan betapa melimpahnya konten positif yang akan  meramaikan dunia maya dan menjadi trending topic nasional dengan trik ini?Â
Tentu saja dampaknya akan semakin berlipat ganda jika setiap tweet positif itu di-retweet oleh  netizen yang peduli dengan upaya berjamaah menangkal hoax. Belum lagi  bila metode ini diterapkan oleh pegawai yang menggunakan Instagram dan Facebook. Ah, pasti seru sekali karena akan membuat para penyebar hoax misuh-misuh karena kehilangan massa.Â
2. Ngaji-Literasi Media Keluarga Besar Kementerian Agama
Sebagai  Menteri Agama, aku memandang bahwa sangat tidak mungkin menangkal hoax  di tanah air tercinta ini jika tidak dibarengi dengan upaya meningkatkan  literasi media bagi keluarga besar Kementerian Agama. Sebuah upaya yang  sistematis dan cerdas harus juga dimulai dengan menyamakan isi kepala  dan tujuan bersama: bahwa seluruh keluarga besar Kementerian Agama melek  literasi media, paham bahaya hoax, memiliki keinginan menangkal hoax  dan tahu bagaimana cara menangkal hoax dengan asyik. Selain itu, upaya  menangkal hoax juga harus tepat sasaran dan memiliki efek jera.Â