Terlepas dari prasangkan bahwa diangkatnya kisah dalam "Bumi Manusia" ke  layar lebar semata demi keuntungan finansial dengan memanfaatkan popularitas Iqbaal Ramadhan. Kini, kesempatan bagi karya-karya Pram untuk mengguncang jagat Indonesia dan dunia kembali terbuka lebar. Jika dulu Pram dikalahkan 'ketakutan' rezim Orde Baru, maka kali ini kita semua harus memenangkannya.Â
Saya kira, semesta  sedang merentangkan tali kasih untuk kita semua, agar belajar dengan  pikiran tenang dan hati yang jernih soal siapa Pram, karya-karyanya,  hingga perdebatan-perdebatan tentang rencana produksi film "Bumi Manusia" yang dianggap mereduksi pesan inti Pram dalam roman sejarah tersebut.Â
Tulisan sebelumnya: Kata Prof. Ariel Heryanto tentang Film "Bumi Manusia"
Akhirnya,  saya ingin menutup tulisan ini dengan kalimat pendek hasil perenungan  semalam akibat menerima banyak hujatan karena tulisan sebelumnya: adil  sejak dalam pikiran itu relatif, sebab konsep adil di setiap kepala  manusia tidaklah sama.Â
Bahan Bacaan: 1, 2 dan 3.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H