Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pramoedya Ananta Toer Itu Siapa Sih?

29 Mei 2018   12:44 Diperbarui: 30 Mei 2018   14:49 4004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tangkapan layar dari Google Book
tangkapan layar dari Google Book
Meski menurut saya pernyataan itu terkesan kontradiktif dengan karakter anak millenial yang melek informasi dan akrab dengan teknologi, yah, ada baiknya kita  melakukan semacam introspeksi diri secara nasional. Kok bisa anak millenial tidak mengenal sastrawan dari bangsanya sendiri yang berkelas  internasional, sementara informasi sangat melimpah ruah? 

Sebab, pada  zaman saya sekolah dulu, belumlah akrab dengan mesin pencari semacam Google dan masih menggunakan 'wartel' untuk berkomunikasi, sehingga pengetahuan tentang sosok Pramoedya  kosong melompong. Kan, informasinya tidak ada di buku-buku sekolah. Dan  omong-omong, saya baru mengenal nama Pramoedya saat punya kesempatan  tinggal di kota besar untuk kuliah. Coba kalau saya masih tinggal di  kampung dan tidak sekolah, alamat saya tidak akan tahu siapa Pramoedya.

Yah, meski kita tidak tahu apa tujuan sebenarnya pernyataan si netter yang tidak diketahui siapa namanya itu, kita jadi punya kesempatan  mengambil pembelajaran berharga, bukan? Sudah saatnya institusi seperti  sekolah, pesantren dan perguruan tinggi mengenalkan siapa sosok  Pramoedya Ananta Toer dan karya-karyanya. 

Sudah saatnya karya-karya  Pamoedya menjadi bacaan wajib anak bangsa baik di kota maupun desa.  Sebab, sudah banyak lho yang menjadikan karya-karya Pamoedya sebagai  mahar pernikahan (eaaa). 

Masa iya, langkah kita masih tertinggal jauh.  Lagipula, reformasi sudah berselang 20 tahun dan tidak ada lagi kekuatan  dominan bangsa ini yang melarang kita membaca karya-karya Pramoedya  seperti ketika zama Orde Baru. Kita bebas membaca dan mendiskusikan  karya dan pemikiran Pram. Mari kita gunakan kebebasan itu sebelun negara  api menyerang. 

Selama  beberapa hari ini, saat mengikuti perdebatan demi perdebatan tentang  rencana produksi film 'Bumi Manusia', saya mendapat beberapa pembelajaran berharga. Pertama, bahwa kaum terpelajar saja banyak  yang belum pernah membaca karya-karya Pramoedya, padahal mereka kaum terdidik dan pembaca buku-buku bagus.

Apakah harus bilang bahwa Orde  Baru menang karena telah mengibuli anak bangsa untuk tidak mengenal Pramoedya sebagaimana telah berhasil menghilangkan nama RM.TAS dari  buku-buku sejarah? Saya kira tidak selalu demikian, sebab generasi yang menikmati hasil reformasi bisa dengan bebas mengakses bahan bacaan  dengan cara yang paling gampang: Google. 

Kedua, mungkin sebagian pembaca fanatik buku-buku Pramoedya pelit dan sok  eksklusif dengan tidak 'rajin' memperkenalkan karya berharga itu ke publik. Misal, dengan pelit meminjamkan buku-buku karya Pram kepada  mereka yang tidak mengenal karya-karya Pram karena buku-buku itu berharga ibarat harta karun. Atau memang terlalu malas bersaing untuk  menghidupkan karya-karya Pram ditengah gempuran budaya pop dengan bacaan-bacaan ringan dan muda, seperti novel-novel cinta yang kisahnya  picisan. 

Ketiga,  bahwa dibalik kecaman keras publik kepada Hanung Bramantyo, justru  inilah salah satu teknik sang sutradara untuk mengenalkan Pramoedya ke  publik sehingga generasi millenial berburu buku-buku Pramoedya ke  toko buku dan mulai menelisik sejarah satrawan besar tersebut.  

Meskipun, akan sangat disesalkan jika misalnya Hanung sengaja membuat  publik terlibat dalam 'kegaduhan nasional' karena memilih pemeran tokoh-tokoh dalam film "Bumi Manusia' dengan alasan yang sangat  murahan. 

Keempat,  pemikiran Pramoedya dihidupkan kembali dengan cara berbeda. Mungkin,  setelah ini kita akan disibukkan dengan banyak diskusi, pameran dan  kegiatan lain yang berhubungan dengan karya dan pemikiran Pram. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun