Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gengis Khan dan Filosofi Berburu Serigala

23 Agustus 2015   08:44 Diperbarui: 23 Agustus 2015   18:25 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai suatu ketika, sekelompok petani dari wilayah timur China didatangkan ke stepa untuk membuka lahan pertanian baru Chen Zhen melihat banyak hal berubah. Pertanian tidaklah cocok dengan kehidupan penggembala dan sering mendatangkan penyakit karena perpindahan serangga seperti nyamuk yang membuat hewan-hewan mudah sakit dan mati. Selain itu, kehadiran para petani dan ternak mereka juga memancing pasukan serigala untuk membantai para domba. Chen Zhen akhirnya sadar bahwa setiap yang hidup memiliki dunia mereka masing-masing. Karena itu kemudian ia berlatih keras untuk membuat srigala piaraannya bisa berburu dan kembali ke alam bebas. 

FILOSOFI SRIGALA

Bangsa Mongol yang penggembala sudah terbiasa berbagi dengan serigala. Tapi belajar dari serigala untuk dijadikan strategi penaklukan tentulah hal hebat. Diceritakan bahwa kerajaan hebat pertama yang ditaklukan Temujin setelah bergelar Gengis Khan adalah Kerajaan Jin yang waktu itu tentaranya berjumlah jutaan jiwa. Pasukan Gengis yang berjumlah 100.000 orang berhasil membunuh 500.000 pasukan kerajaan Jin. Bahkan dalam penaklukan ke wilayah barat, pasukan Gengis berhasil merontokkan 10% populasi Timur Tengah (akibat kesalahan kerajaan Khawwariz yang membantai pasukan perdamaian-dagang utusan Gengis Khan). Jika dihitung selama masa penaklukannya ada sekitar 11 % populasi dunia atau 40 juta jiwa melayang. Pasukan Gengis Khan ibarat sekelompok kecil serigala yang berhasil membabat habis sekelompok besar ternak bodoh dan lambat. Pasukan berkuda Mongol dikenal sebagai pasukan yang sangat kuat, menakutkan dan sulit dikalahkan. Mereka yang terdidik hidup keras di stepa yang luas dengan cuaca ekstrem menjadi pribadi-pribadi umpama serigala yang cerdas, lincah, kuat, dan hidup berkelompok sebagai saudara satu sama lain. Mereka juga dididik dengan kode etik oleh Gengis Khan bahwa mereka tak boleh berzina, mencuri dan berbohong.

Hasil buruan serigala yang diawetkan dalam danau es

Dalam berburu, serigala memiliki kode etik sendiri. Sekawanan serigala dibimbing oleh pimpinan mereka akan mengintai korbannya dari suatu tempat tersembunyi, sangat tersembunyi. Mereka diam sambil memperhatikan kapan waktu yang tepat melakukan penyerangan. Meski mereka dalam kondisi sangat lapar sampai air liru bercucuran, mereka akan melakukan pengintaian selama berjam-jam. Mereka membiarkan rusa, domba atau kuda calon korbannya merumput sampai mereka kenyang dan jika dikejar larinya kurang gesit. Rusa atau domba yang kenyang tak akan bisa berlari kencang sehingga pergerakan kawanannya akan lambat. Saat itulah serigala menyerang dengan ganas, mengigit, menerjang sebanyak-banyaknya korbannya. Setelah kenyang korban-korbannya mereka bawa ke suatu tempat dimana mereka mengawetkan hewan-hewan itu dengan es. Strategi berburu serigala yang cerdas, taktis dan terorganisir memberi inspirasi Gengis Khan dalam melakukan berbagai penaklukan. Kerajaan-kerajaan besar yang berhasil ditaklukan Gengis Khan adalah kerajaan-kerajaan yang terlindungi benteng kokoh dimana kehidupan masyarakatnya begitu aman dengan makanan dan pakaian melimpah. Karena kondisi demikianlah mereka tak lagi memiliki kekuatan untuk melawan pasukan berkuda Mongol yang dilatih alam. 


Dalam membangun konfederasi Mongolia, Gengis Khan yang kita kenal sebagai haus darah tidaklah asal-asalan dalam melakukan penaklukan sebagaimana mungkin kita pahami. Penaklukan biasanya dilakukan karena penolakan terhadap penyatuan kerajaan-kerajaan kecil kedalam imperium Mongol, atau karena balas dendam ketika pasukan perdamaian yang dikirimnya dibunuh secara keji. Begitulah ia belajar dari Serigala. Hewan itu tidak akan melakukan penyerangan terhadap ternak milik penggembala atau petani jika milik mereka tidak diambil dan jika daerah kekuasaan meeka tidak dirusak. Kita belajar para serigala bahwa setiap makhluk di dunia memiliki peran dan hak mereka masing-masing.


Sumber gambar dan bacaan:

http://sinosphere.blogs.nytimes.com/2015/02/26/q-and-a-jiang-rong-on-wolf-totem-the-novel-and-now-the-film/?_r=0

http://www.tentofalltents.com/tour.html 

https://en.wikipedia.org/wiki/Wolf_Totem_%28film%29

https://en.wikipedia.org/wiki/Wolf_Totem 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun