Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Ilmuwan Tidak Perlu Bergelar Profesor Doktor

7 Januari 2025   08:51 Diperbarui: 7 Januari 2025   10:04 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ciri kedua sebuah penelitian disebut ilmiah adalah objektivitas. Seperti yang diungkapkan oleh Christian Lund, penelitian kualitatif boleh saja berangkat dari subjektivitas. Namun, langkah-langkah penelitiannya harus objektif, artinya tidak boleh menghilangkan sampel atau fakta yang bertentangan dengan pandangan atau hipotesis penelitian. Sehingga, analisis dan hasil penelitiannya teruji, seperti yang menjadi ciri ketiga penelitian ilmiah yaitu testability atau dapat diuji. Meskipun data berupa persepsi, namun penentuan sampel harus jelas dan baik, lalu data persepsi tersebut dapat diuji baik secara statistik maupun bukan statistik.

Harapan

Ke depannya diharapkan para pakar yang termasuk ke dalam 'ilmuwan kampus', mampu memberikan contoh bagaimana berpendapat secara lisan maupun tulisan yang didukung oleh kaidah-kaidah ilmiah seperti tersebut di atas, meskipun mereka berpihak.

Jika pun hal tersebut tidak dapat tercapai, karena memang terkadang 'ilmuwan kampus' yang dipilih oleh media televisi adalah ilmuwan yang vokal, tanpa memandang keilmiahannya atau tidak, maka masyarakat dapat menilai mana pandangan atau tulisan yang layak dijadikan acuan. Dan, 'ilmuwan tiktok' sering kali juga dapat dijadikan acuan selama 'ilmuwan tiktok' tersebut dalam berpendapat didukung oleh kaidah-kaidah ilmiah.

Terakhir, harapannya masyarakat jangan hanya terpesona dengan gelar akademik, tetapi juga mampu membuat pandangan, tulisan atau argumen yang bersifat ilmiah sendiri, yang mungkin saja berbeda dengan pandangan para profesor doktor. Fenomena media tiktok dijadikan alat oleh 'ilmuwan tiktok' diharapkan mampu memberikan alternatif pandangan bagi para profesor doktor di televisi.

Mudah-mudahan kita sebagai bangsa bisa menjadi semakin baik dalam berpandangan baik secara lisan maupun tulisan, tanpa harus menjadi profesor doktor dan jangan terpesona dengan gelar lalu menganggap pendapatnya dapat dijadikan acuan kita dalam bertindak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun