Saya beruntung dalam kaitannya dengan peneliti dan penelitian. Pertama, saya pernah 12 tahun kerja di bidang bisnis menjadi karyawan beberapa perusahaan bisnis, sebelum saya kemudian memutuskan menjadi tenaga pengajar. Jadi, saya mengalami benar kaitan penelitian di dua dunia yang berbeda.
Kedua, saya juga beruntung bahwa selama saya sekolah, dosen-dosen saya sangat menekankan bahwa penelitian bukan cuma urusan skripsi. Ketika kalian menjadi praktisi, kalian juga memerlukan penelitian ilmiah. Itu pesan beberapa dosen saya yang dikatakan berkali-kali. Meneliti sama dengan belajar, lakukan terus selama hidup kalian, kata mereka.
Meneliti dan Terus Belajar di Dunia Bisnis
Karir pertama saya setelah lulus kuliah adalah menjadi Kepala Seksi Penjualan di Toko Buku Gramedia di Jalan Merdeka Bandung. Saya mengalami perubahan drastis toko buku yang semula hanya satu lantai dengan luas sekitar 300 meter persegi, kemudian menjadi tiga lantai dengan luas sekitar 1000 meter persegi.
Pesan dosen saya untuk selalu terus belajar, benar adanya. Saya harus belajar, misalnya, untuk menyusun lay-out toko.Â
Selain berkunjung ke beberapa toko buku besar di Jakarta, seperti Gramedia Melawai dan Matraman, juga Toko Buku Gunung Agung di Kwitang Jakarta, saya juga banyak membaca buku.Â
Sampai akhirnya kemudian saya menemukan salah satu pengetahuan baru, bahwa lay out toko harus dibuat menurut kategori barang.
Letakkan barang yang pola pembeliannya impulsif, seperti majalah dan koran di dekat kasir. Kemudian letakkan barang yang dicari atau demanded di tempat yang paling tidak strategis, misal di ujung ruangan atau di lantai paling atas.Â
Kategori barang yang terakhir diletakkan dimanapun tidak menjadi masalah, karena pembeli akan mencari dan menanyakan kepada pramuniaga.
Saya dan teman-teman juga melakukan penelitian kecil-kecilan dengan metode kuasi-eksperimen yang disederhanakan. Kami kadang melakukan obral buku, khususnya buku impor. Biasanya kami pajang buku yang diobral di rak buku di hall promosi.Â
Pada periode lain, kami meletakkan buku obral berserakan di lantai karpet. Yang mengejutkan adalah bahwa penjualan kami saat buku diletakkan berserakan jauh lebih besar dibandingkan dengan jika buku obral diletakkan rapih di rak buku.
Dengan metode observasi, kami melihat bahwa pembeli akan langsung menyimpan buku yang menarik hati mereka, layaknya menemukan harta karun.Â
Membeli buku obral dengan cara memajang secara berserakan ternyata membuat pembeli serasa berburu harta karun. Menarik.Â
Sejak itu, saat saya masih bekerja di Gramedia Merdeka Bandung, saya dan teman-teman selalu memajang buku obral secara sengaja dibuat berserak di lantai karpet. Memang resiko untuk rusak lebih besar, tetapi nilai kerusakan tertutup oleh besaran omzet penjualannya. Â
Saat menjadi tenaga pengajar di Semarang, kami bekerja sama dengan Toko Buku Gramedia Jalan Pandanaran Semarang untuk program magang.Â
Banyak mahasiswa magang yang mengeluh, bahwa mereka yang calon sarjana hanya ditempatkan sebagai pramuniaga. Mereka menganggap program magang seperti ini tidak ada manfaatnya.
Untungnya program magang itu ada di bawah Pembantu Dekan III, jabatan yang saya emban saat itu. Saya kemudian bisa memberikan arahan dan pembelajaran kepada peserta magang.Â
Saya tanyakan kepada mereka, apakah mereka memperhatikan pengunjung saat masuk toko berbelok ke kanan atau ke kiri dan apa implikasinya.
Setelah beberapa hari mereka melakukan pengamatan, kemudian saya meminta mereka untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka dan implikasinya pada penempatan barang.Â
Saya cukup terkejut ketika mereka mampu mengaitkan arah pengunjung berbelok dengan produk yang dipajang. Jika mayoritas pengunjung berbelok ke kiri, maka produk yang kurang laku harus diletakkan di kiri pintu masuk. Barang yang laku, menurut mereka harus diletakkan di sisi kanan toko.
Saya juga memberikan beberapa pertanyaan praktikal lainnya, seperti bagaimana meletakkan buku yang saling tumpang tindih pengkategoriannya, seperti buku saya Manajemen Lingkungan Hidup untuk Bisnis.Â
Apakah sebaiknya dimasukkan ke dalam kelompok bisnis atau kelompok buku lingkungan? Pertanyaan yang lain adalah kategori produk apa yang kurang laku dan bagaimana cara menaikkan penjualannya, bagaimana cara menaikkan pengunjung atau traffic di toko, dll.
Saya ingin menularkan ilmu yang sangat berharga yang saya peroleh dari dosen saya untuk terus belajar dan melakukan penelitian setelah lulus - saat menjadi praktisi bisnis.Â
Mudah-mudahan guru dan dosen serta orang tua yang membaca tulisan ini juga memiliki pandangan yang sama. Jangan sampai membuat anak trauma untuk belajar dan meneliti, karena untuk hidup sehari-haripun kita perlu terus belajar dan meneliti, meski tidak perlu dituliskan seperti skripsi. Yang penting penelitiannya ilmiah, agar hasilnya berguna dan tidak bias.
Belajar dan Meneliti di Dunia Akademik
Selama saya menjadi tenaga pengajar, saya selalu berusaha untuk mencari hibah penelitian yang memungkinkan melibatkan mahasiswa saya.Â
Jika ditelusuri di Google Cendekia atau Google Scholar, maka terlihat ada beberapa publikasi saya (yang tidak banyak) yang ditulis bersama dengan mahasiswa.
Tujuan melibatkan mahasiswa dalam penelitian adalah sederhana, bagaimana memberikan pengalaman konkrit meneliti sebelum mereka menulis skripsi atau tesis, dan juga mereka dapat memperoleh penghasilan tambahan.Â
Biasanya honor mereka, saya gunakan untuk membayar uang kuliah mereka agar dapat membantu menjamin kelulusan mereka.
Belajar selama menjadi tenaga pengajar adalah keniscayaan. Untuk mendorong agar saya terus belajar, saya selalu berusaha mulai dari hal yang sederhana, yaitu selalu memperbaharui slide presentasi saya dan berusaha untuk menulis buku ajar untuk setiap mata kuliah yang saya ampu.
Beberapa buku ajar yang saya terbitkan, misalnya Bahasa Inggris untuk Bisnis yang saya tulis bersama sejawat saya, Manajemen Lingkungan Hidup untuk Bisnis, Manajemen Sumber Daya Alam dari Perspektif Ideologis, dan Teknik Menulis Skripsi-Tesis dan Artikel Ilmiah.
Mencari hibah penelitian, menulis buku ajar, dan menambah atau mengganti pustaka yang tercermin dari perubahan slide presentasi kuliah adalah cara saya untuk memaksa diri untuk terus belajar. Jangan sampai slide presentasi saya adalah slide presentasi dosen saya saat saya kuliah beberapa belas tahun yang lalu.
Tanpa terus belajar sangatlah sulit untuk dapat memperoleh hibah penelitian yang bergengsi dari lembaga yang bereputasi baik dari dalam dan luar negeri. Biasanya proposal yang disetujui didanai, jika diajukan ke lembaga donor yang bereputasi harus merupakan state of the art ilmu.Â
Tanpa hal-hal tersebut, maka penelitian kita akan didanai oleh perguruan tinggi kita sendiri saja atau oleh Dikti melalui hibah yang dulu disebut sebagai Hibah Desentralisasi, yang kewenangan persetujuannya diserahkan kepada perguruan tinggi kita sendiri.
Tentunya masih banyak tips dan trik untuk memperoleh hibah penelitian yang mungkin akan saya tuliskan di tulisan lainnya nanti di Kompasiana.
Penutup
Mari terus belajar dan meneliti secara ilmiah. Jangan pernah membuat siswa, mahasiswa atau anak kita trauma dengan belajar dan meneliti secara ilmiah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI