Ada banyak kalangan pebisnis dan akademisi yang punya pandangan keliru, bahwa produk yang ramah lingkungan haruslah mahal. Padahal justru dengan cara menerapkan berpikir kreatif dan menggunakan cara yang sederhana, produk yang ramah lingkungan juga bisa murah karena hemat biaya.
Seri artikel ini akan menunjukkan bagaimana cara untuk menjadi ramah lingkungan sekaligus hemat biaya atau dalam bahasa teknisnya disebut strategi cost leadership. Ada tiga pilihan strategi cost leadership yang dapat diambil pebisnis agar memperoleh keuntungan dan sekaligus ramah lingkungan, yaitu menerapkan green productivity, teknologi atau produksi bersih, dan melalui penerapan ilmu ekologi industri dengan bekerja sama dengan perusahaan lain.
Seri tulisan ini akan membahas masing-masing pilihan strategi yang harapannya akan mendorong pebisnis untuk berlomba-lomba menjadikan bisnisnya ramah lingkungan, baik proses produksinya maupun produk yang dihasilkannya; dan sekaligus kompetitif karena hemat biaya dan unggul dari pesaingnya.
Konsep Green Productivity
Green Productivity atau Produktivitas Hijau berarti perusahaan memperbaiki proses produksinya agar perusahaan bisa mencapai keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaingnya, dan sekaligus menjadi lebih ramah lingkungan. Green Productivity juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita dapat lebih melestarikan lingkungan hidup. Lalu apa yang dimaksud dengan produktivitas?
Produktivitas merupakan rasio antara output dan input. Artinya semakin besar angka output dibagi dengan input, maka perusahaan akan semakin produktif. Ada tiga cara meningkatkan produktivitas. Pertama, kita menaikkan output dengan input tetap. Kedua, kita menurunkan input dengan output tetap. Ketiga, secara bersama-sama kita menaikkan output dan menurunkan input.
Output bisa berupa harga jual produk atau jumlah produk yang dihasilkan. Sementara input dapat berupa bahan baku, tenaga kerja, energi atau waktu yang diperlukan untuk menghasilkan output.
Contoh Sederhana
Atap gedung yang semula hanya digunakan untuk melindungi penghuninya dari panas dan hujan, dapat juga digunakan untuk pemanenan air hujan, dipasang panel surya, atau bisa dijadikan roof top garden. Inputnya tetap yaitu biaya untuk membuat atap, tetapi outputnya bertambah banyak.
Contoh lain adalah perbaikan cara memparalelkan lampu ruangan. Seringkali kita memparalelkan lampu tanpa memperhitungkan bahwa area di dekat jendela kaca tidak memerlukan lampu penerangan pada siang hari. Namun, karena kita salah memparalelkan lampu, akhirnya area yang seharusnya lampu penerangan bisa kita matikan, tetap menyala. Pada contoh ini, outputnya tetap yaitu ruangan yang cukup cahaya penerangannya, tetapi inputnya berupa listrik yang digunakan bisa kita kurangi.
Yang sudah diterapkan oleh banyak hotel adalah penggunaan kunci kamar berupa kartu yang sekaligus digunakan untuk menyalakan aliran listrik. Saat tamu meninggalkan kamar hotel, terpaksa tamu akan mengambil kunci yang berbentuk kartu sehingga aliran listrik di dalam kamar otomatis akan mati.
Saat wabah Covid, sekolah dan perguruan tinggi menghemat banyak sekali biaya. Kuliah yang diselenggarakan secara daring, mengakibatkan pengeluaran listrik untuk penerangan dan pendingin ruangan dapat dihemat drastis. Dari sisi sekolah atau perguruan tinggi inputnya berkurang sangat tajam, tetapi justru outputnya bisa bertambah, karena ada banyak mahasiswa yang berasal dari luar kota yang semula enggan untuk meninggalkan kota dan pekerjaannya untuk melanjutkan studi kemudian tertarik untuk kuliah secara daring. Outputnya bertambah.
Daftar contoh bisa kita tambahkan sangat banyak sekali. Intinya, gunakan cara berpikir kreatif, out of the box, dengan cara yang sederhana untuk menaikkan produktivitas perusahaan.
Lalu ramah lingkungannya dimana? Semakin kita menghemat listrik berarti kita juga ramah lingkungan, karena listrik PLN masih ada yang berasal dari bahan bakar fosil. Atau semakin sedikit air yang kita gunakan untuk cuci tangan atau flushing, maka kita lebih ramah lingkungan, mengingat air bersih yang semakin langka.
Green Value Stream Mapping (GVSM)
GVSM adalah satu alat bagi kita untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menjadi lebih ramah lingkungan. Langkah-langkahnya sangat sederhana. Kita petakan aktivitas untuk menghasilkan produk atau jasa. Lalu, kita hilangkan aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah, kita hilangkan atau kurangi limbah atau energi yang dipergunakan pada aktivitas yang banyak menghasilkan limbah dan boros energi.
Contoh sederhananya adalah seperti yang dilakukan beberapa Bank, seperti Bank BCA dan Bank Mandiri dengan iklan membuka tabungan secara online. BCA, Bank Mandiri atau bank yang lainnya memetakan aktivitas nasabah dalam membuka rekening.
Ditemukan aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah yaitu nasabah harus bepergian ke kantor cabang bank dan mengantri. Dua aktivitas ini tidak menghasilkan nilai tambah bagi nasabah dan patut kita hilangkan melalui cara sederhana yaitu pembukaan rekening secara daring. Aktivitas transportasi nasabah dari rumah ke kantor cabang selain tidak menghasilkan nilai tambah, juga menimbulkan polusi. Jadi jika aktivitas ini kita hilangkan, kita bisa membuat proses layanan menjadi lebih ramah lingkungan.
Belum lagi di kantor cabang bank, nasabah menggunakan kertas mengisi berbagai data pribadi. Penghematan kertas karena pembukaan rekening dilakukan secara daring, selain mengurangi biaya, juga lebih ramah lingkungan mengingat pohon yang ditebang untuk membuat kertas menjadi semakin sedikit.
Langkah berikutnya dalam GVSM adalah memetakan aktivitas yang menghasilkan limbah dan yang menggunakan banyak energi. Sebagai contoh untuk aktivitas yang menggunakan banyak energi adalah pada proses belajar mengajar. Yang menggunakan banyak energi adalah penggunaan energi listrik untuk pendingin ruangan, bukan energi listrik yang digunakan untuk laptop dosen. Oleh karenanya, pihak pengelola Perguruan Tinggi harus mencari cara bagaimana listrik untuk alat pendingin bisa dihemat.
Penutup
Green Productivity dengan menggunakan alat analisis GVSM akan membantu perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan sekaligus ramah lingkungan. Banyak langkah sederhana bisa kita lakukan hanya dengan mencoba berpikir kreatif dan menggunakan cara yang sederhana.
Perusahaan yang menerapkan green productivity akan lebih unggul dari aspek biaya, yang akhirnya harga output-nya menjadi lebih murah, dan tentunya akan lebih ramah lingkungan. Penerapan green productivity membuktikan bahwa produk ramah lingkungan tidak selalu menambah biaya dan akhirnya berharga lebih mahal dibandingkan dengan produk yang tidak ramah lingkungan.
Jika ada pembaca yang ingin berdiskusi tentang bagaimana menerapkan green productivity untuk aktivitas bisnisnya atau untuk aktivitas sehari-hari dalam rumah tangga atau kehidupan, silahkan tuliskan di komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H