Harga untuk irigasi ini bervariasi di kisaran Rp. 100 ribuan tergantung pada panjang selang dan jumlah keran plastiknya. Pengalaman saya dengan harga Rp. 100 ribuan, kita dapat mengairi tanaman sebanyak kurang lebih 30 pot atau polybag yang kita tempatkan di lahan seluas 9 meter persegi-an.
Irigasi ini cocok untuk pot atau polybag berukuran besar dan dengan tanaman yang juga berukuran besar. Irigasi ini tidak cocok untuk pot atau polybag berukuran 15 sampai 25 cm, karena harganya yang tidak seimbang dengan harga sayuran yang saya tanam, dan jumlah air yang diteteskan melalui keran plastik juga terlalu banyak.
Saya akhirnya menggunakan sistem irigasi tetes model ini untuk pot minimal berdiameter dan tinggi kurang lebih 40 cm. Pohon jambu air, cemara dan jeruk nipis serta pucuk ungu di atap teras rumah, saya airi dengan sistem ini saat saya travelling.
Saya tidak menggunakan sistem irigasi ini secara permanen, karena sulitnya mengatur volume keran plastik yang pas untuk meneteskan air ke dalam pot atau polybag, mengingat kondisi cuaca tidak sama setiap harinya. Jika cuaca panas, maka kebutuhan air lebih banyak dibanding dengan cuaca mendung. Kekurangan air dapat menyebabkan tanaman layu. Sementara terlalu banyak air dalam jangka waktu lama akan menyebabkan pembusukan akar.
Saran saya jika kita bepergian sekitar seminggu, sebaiknya air yang diteteskan sejumlah air yang diperlukan pohon saat cuaca sangat terik. Untuk mengetahui jumlah air tersebut, kita perlu melakukan uji coba sederhana. Kita ukur volume air yang menetes, misal dalam satu jam atau setengah jam. Bandingkan volume air ini dengan kebiasaan kita menyiram air secara manual pada saat cuaca terik untuk satu hari.
Irigasi kapiler yang saya gunakan untuk pot atau polybag berukuran kecil yang berisikan tanaman sayuran adalah irigasi kapiler bawah permukaan. Artinya air kita letakkan ke dalam wadah. Dan, wadahnya kita letakkan di bawah pot atau polybag. Untuk mengalirkan air berdasar kapilaritas, saya menggunakan tali kur yang terbuat dari katun. Jangan gunakan tali kur polyester, karena kapilaritasnya tidak sebaik tali kur katun. Bisa juga dipergunakan kain flanel sebagai pengganti tali kur.
Wadah air yang saya gunakan berupa kaleng cat bekas, botol air minum dalam kemasan 600 ml dan atau 1500 ml, atau galon bekas. Untuk menghindari cepatnya tumbuh lumut, sebaiknya wadah yang transparan kita cat dengan warna hitam atau warna gelap.
Ada dua cara penempatan wadah air terbuat dari botol bekas air minum dalam kemasan. Pertama, kita letakkan vertikal atau berdiri. Saya biasanya menggunakan tiga atau empat botol bekas air minum dalam kemasan 600 ml untuk satu pot atau polybag yang saya letakkan secara vertikal atau botol dalam posisi berdiri. Botol saya potong bagian tutupnya seperempat tinggi botol. Tujuannya agar rata dan dapat menyangga pot atau polybag dengan baik.
Untuk pot atau polybag yang ada di rak, botol saya letakkan horisontal atau dalam posisi 'tidur'. Untuk yang terakhir, biasanya saya menggunakan dua botol ukuran 1500 ml yang saya lubangi di bagian badannya. Dua botol ukuran 1500 ml, saya gunakan untuk dua pot atau polybag kecil.
Keunggulan sistem irigasi ini adalah jika hujan, maka air hujan akan mengalir ke wadah. Akibatnya frekuensi kita menambah air jadi berkurang. Kelemahannya, botol mudah kotor baik akibat tanah dari pot atau polybag yang jatuh ke dalam wadah dan seringnya tumbuh lumut.