Mohon tunggu...
Dwi Pratiwi Aslam
Dwi Pratiwi Aslam Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi UNM yang juga terangkul oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi. Berkhayal dapat menerbitkan sebuah Novel. Sedikit aktif dalam goresan sebuah blog di parutanlangitakatsuki.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Dua Jiwa

26 September 2013   12:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:22 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada satu kalimatpun yang mampu mewakili betapa indahnya satu tahun bersamamu, bersama keindahan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Terkadang aku bertanya kepada diriku sendiri, Akankah cinta ini mampu bertahan diantara beribu cobaan?. Disaat ku mengenal sosokmu, aku tak pernah menyangka bisa sejauh ini menjalin rasa dengan seorang yang ku kira hanya menjadi seorang sahabat pelipur lara. Hingga pada akhirnya kita dipersatukan oleh rasa yang sama, rasa yang pernah merasakan betapa sakitnya “DIABAIKAN” kesamaan dan perbedaan ini yang menyatukan kita dengan tanpa alasan.

Saya tidak pernah mengerti kenapa Tuhan menakdirkan kita bertemu disaat kita merasakan hal yang sama, hal-hal dimana kita dikondisikan untuk saling mengisi hati satu sama lainnya. Tak ada halangan bagi ku jarak yang terbentang dengan segala rintang menghalang. Karena demi meraihmu bara didepan matapun akan ku pijak asalkan aku mampu menyentuh elok cintamu yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Batin ini seolah bertanya kepada Tuhan yang menakdirkan kita berdua. Cinta diantara segala jenis perbedaan yang tak akan mampu untuk bertahan, cinta yang seolah dipertanyakan, cinta yang tak pernah mungkin orang lain fahami dan orang lain mampu jalani.

Mungkin bagi ku kaulah yang pertama dan menjadi yang terakhir kalinya, seperti yang malam itu kamu selalu katakan. Malam dimana keindahan merangkul hangat diantara suara “kerikan” jangkrik yang seolah bertasbih akan cinta kita yang tak semua orang mampu fahami. Dalam malamku denganmu sangat terasa betapa hidup ini terasa sangat dekat dengan kesempurnaan. Kesempurnaan diantara segala kekurangan yang kita miliki untuk membangun cinta yang sepertinya hanya kita yang miliki.

Keindahan akan cinta yang sedang kita nikmati ini perlahan terasa semakin memberatkan hati dan keraguan semakin hari semakin memuncaki perasaan ini. Langit yang dulu berwarna cerah seolah menasbihkan tentang nasib cinta kita berdua. Malam-malam penuh bintang disempurnakan bulan yang seolah memanjakan cumbuan kita pun perlahan enggan menatap kita berdua. malam itu kau datang dengan membawa seribu kata cinta terindah yang kau petik dari jutaan syair surga yang dititipkan lewat para bidadari cinta, memberikan keindahan malam yang seolah tak berpihak akan cinta kita yang mulai retak, kau bisikan keindahan itu lewat metafora cinta yang kau rangkum lewat cumbu mesra.

Semua kembali indah disaat warna mulai memudar, semua mulai bersemi disaat taman-taman yang pernah kita singgahi kuncup melayu. Dan semuanya mulai kembali mendekati akan kesempurnaan seperti yang pernah kita rasakan sebelum-sebelumnya. Mungkah Tuhan memang menakdirkan cinta untuk kita berdua? Cinta dimana kita juga tak mengharapkan sebelumnya, cinta yang kini telah datang kembali semakin menambah khasanah akan betapa indahnya dicintai dan saling mencintai, menghargai dan saling mengerti akan takdir Tuhan tentang cinta ini. Dan kita memahami jika cinta itu adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan untuk umatnya tanpa memandang siapa dia dan bagaimana dia, karena cinta milik seluruh umat manusia.

Disaat keindahan sedang kita petik, ada satu pertnyaan yang tak pernah terjawabkan. “Sampai kapankah cinta kita akan berlangsung?” Apakah sampai kita bosan akan cinta yang seperti ini, ataukah kita menunggu hingga Tuhan yang mencabut rasa cinta itu dari hati kita masing-masing, hanya waktu yang mampu menjawab semua itu. Hingga pada akhirnya di Akhir bulan Juli bertepatan dengan dimana kita saling mengungkapkan rasa cinta di bawah jutaan bintang dan balutan sinar bulan waktupun menjawab semua keraguan yang telah ada. Cinta ini tidak lagi mampu bertahahan ditengah kemampuanku yang tak memahami arti dari cinta itu sesungguhnya. Hingga kita harus terpisahkan dengan segala kenangan yang masih terukir jelas dan cinta yang selalu membekas, hingga aku pun seolah tak yakin bisa jika hidup ini tak bersandingan denganmu. Tapi, demi kita berdua dan demi semua orang yang kita cintai kita sudahi cinta yang tak semua orang fahami ini. Cinta yang teramat singkat ini akan selalu ku jadikan jendela pengingat, betapa Tuhan itu maha dahsyat hingga mampu menciptakan dua insan manusia yang memiliki rasa dan rasa itu disebut dengan CINTA.

created by: Ardriano

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun