Berita bentrokan antar perguruan silat kerap muncul hampir tiap bulan. Terdapat puluhan kasus mengenai bentrokan perguruan pencak silat di berbagai wilayah Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Misalnya pada kurun waktu 2021-2024, terdapat lebih dari 400 kasus yang melibatkan anggota perguruan silat.
Pencak silat sebagai seni bela diri asli Nusantara  kian memburuk citranya di mata masyarakat.Dari sekian cabang olahraga, konflik antaranggota organisasi pencak silat pecah di berbagai wilayah. Parahnya, properti milik masyarakat non-anggota perguruan turut terdampak. Bangunan di sekitar kejadian konflik menjadi remuk akibat amukan masa dari dua kubu yang saling berseteru.
Beragam faktor penyebab pecahnya bentrokan. Misalnya pelecehan lambang perguruan, konflik individu yang membawa nama organiasasi, kesengajaan memancing emosi satu kubu ketika berjumpa, dan sebagainya. Konflik sejenisnya  secara terbuka kebanyakan melibatkan arus bawah (anggota) antarperguruan.Â
Memang ada kesepakatan yang bisa "meredam sementara" konflik antar kubu-kubu  yang berseteru. Hal ini diselesaikan dengan mediasi melibatkan pengurus perguruan silat yang berseteru bersama unsur TNI-Polri hingga tokoh masyarakat. Tetapi tidak dipungkiri bahwa kasus-kasus yang serupa dapat kembali berulang atau  bahkan berkepanjangan. Itulah pola-pola  konflik  antarperguruan yang terjadi hingga saat ini.
Ada beberapa akar konflik yang saya rangkum mengenai perseteruan antarperguruan silat ini. Diantaranya seperti sudah dijelaskan dalam kanal Youtube Guru Gembul yang tayang pada 18 Januari 2024. Adapun penyebab terjadinya konflik antarperguruan silat, saya rangkum sebagai berikut ini.
1. Kultur Kampung Pesilat
Madiun yang membranding dirinya sebagai Kampung Pesilat merupakan pusat 6 aliran silat yang berhasil berkembang di berbagai wilayah Indonesia maupun luar negeri. Bisa jadi, muara konflik ini juga sebuah kultur yang diturun-temurun dari "kampung" ini. Sebab, perpecahan antarorganisasi pencak silat di Madiun sudah terjadi sejak pra-kemerdekaan Indonesia.Â
Sudah jadi rahasia umum, sebagian besar konflik ini melibatkan salah satu perguruan yang berpusat di Madiun. Selain konflik, sebenarnya juga banyak prestasi yang ditorehkan perguruan-perguruan yang berasal dari Madiun ini.Â
2. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja seringkali dipicu oleh ketidakstabilan emosi, keinginan untuk mengekspresikan diri, atau mencari identitas. Konflik antarperguruan bisa menjadi wadah untuk mengekspresikan ketidakpuasan dan emosi negatif. Dari banyak kasus-kasus yang terjadi, bentrokan antarperguruan silat melibatkan para remaja yang statusnya masih pelajar.
3. Fanatisme Kelompok
Perbedaan aliran pencak silat bisa menyebabkan ketegangan antarperguruan. Terutama jika ada keyakinan kuat bahwa satu aliran lebih baik daripada yang lain. Hal ini menumbuhkan sikap fanatisme terhadap kelompoknya. Fanatisme terhadap aliran tertentu dapat memperkuat perbedaan ini dan memicu konflik.Â
Fanatisme kelompok dapat memperkuat perbedaan dan memicu terjadinya konflik. Para remaja yang fanatik terhadap perguruan silat tertentu mungkin cenderung mengekspresikan loyalitas secara berlebihan dan menentang perguruan lain. Sehingga, muncul juga komunitas-komunitas yang mengatasnamakan diri sebagai pembela perguruan silat tertentu.
4. Sistem Rekrutmen Anggota
Perguruan silat yang berfokus pada kuantitas anggota seringkali mengejar pertumbuhan pesat. Siswa yang direkrut tanpa minat sungguh-sungguh dalam bela diri mungkin hanya bergabung karena tekanan sosial atau gaya-gayaan saja.Â
Ketika perguruan mencari anggota dengan cepat, mereka mungkin mengabaikan proses latihan yang serius. Munculah anggota baru yang tidak memiliki komitmen sejati terhadap seni bela diri. Sehingga, kualitas generasi selanjutnya semakin tak karuhan dan jauh dari ajaran para pendirinya.
5. Kepentingan Politis
Perguruan pencak silat juga bersaing untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah atau masyarakat. Pengakuan ini dapat memengaruhi status dan keberlanjutan perguruan silat. Politisi memanfaatkan jumlah anggota besar dari perguruan silat untuk kepentingan politik mereka sendiri, yang menyebabkan rivalitas dan konflik antara kelompok yang bersekutu dengan faksi politik yang berbeda.
Untuk mengurangi konflik, penting bagi perguruan pencak silat untuk memprioritaskan kualitas anggota, mengedepankan nilai-nilai bela diri, dan memastikan seleksi yang ketat. Dengan demikian, perguruan dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan berfokus pada pengembangan diri. Sekali lagi, ini bukan menggurui, saya hanya menulis opini berdasarkan pengalaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H