Kemenangan Owi dan Butet menjadi lebih berarti karena terjadi saat Indonesia merayakan hari kemerdekaan yang ke-71. Owi dan Butet membuat hari kemerdekaan Indonesia seolah-olah dirayakan masyarakat dunia.
Tentu wajar Owi dan Butet disebut pahlawan. Masalahnya, apakah kita sudah cukup layak menyematkan gelar itu? Beban status pahlawan tidak berada pada orang yang menyandangnya, tetapi pada yang menyematkan. Seorang yang membuka jalan atau menyalakan api bukanlah pahlawan jika orang-orang di belakangnya menutup mata atau memalingkan wajah.
Indonesia punya banyak pahlawan yang terlupakan; Pahlawan yang pada akhirnya dibiarkan berjuang sendirian; Pahlawan yang perjuangannya tidak dilanjutkan dan bahkan diingkari.
Bung Karno dan Bung Hatta sudah mewakili bangsa ini menyatakan kemerdekaannya kepada dunia. Namun, kini, kita mengkhianati mereka dengan menjual negeri ini petak demi petak.
Owi dan Butet sudah menyalakan api. Apakah kita sanggup menjaga api itu? Apakah kita sanggup bekerja tekun dan melupakan jalan pintas? Apakah negara sanggup memberi bonus utuh tanpa potongan?
Apa pun, selamat dan terima kasih kepada Owi dan Butet. Semoga kami tidak mengecewakan kalian...
- Tulisan ini tayang di Bola.com pada Kamis (18/8/2016), pukul 10:45 WIB, dengan judul berbeda -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H