Mohon tunggu...
Wihan Utami
Wihan Utami Mohon Tunggu... Buruh - Masih Belajar

Wihan Utami Malang:Indonesia "Badai pasti berlalu"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kain Halus Ibu Sebagai Biaya Kuliah Pak CT

18 Januari 2016   09:32 Diperbarui: 18 Januari 2016   10:13 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi (dok.harianaceh)"][/caption]

Pernah baca buku Choirul Tanjung Anak Singkong? Berikut saya ulas buku tersebut secara singkat...

Kuliah

Tiada cita-cita khusus dan pilihan spesifik akan kuliah dimana. Satu-satunya pertimbangan adalah Universitas Negeri, karena biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada kampus swasta. Lulusan IPA saat SMA memberi pilihan lebih luas saat mendaftar diperguruan tinggi. Satu-satunya yaitu mengambil jurusan Fakultas Gigi di Universitas Indonesia. Setelah melewati Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negara (UMPTN) saya lulus, dengan gembira saya memberitahu kelulusan kepada orangtua saya.

Sangat Tegas

     Kedua orangtua Pak Chairul Tanjung (CT) terkenal amat tegas dalam mendidik kami berenam sebagai anak-anaknya. dengan prinsip " Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya". Dengan pengorbanan sang ibu untuk membayar kuliah dengan menjual kain halusnya. Tapi, justru semua itu menjadi pemicu saya untuk bertekad tidak meminta uang lagi kepada orang tua dan saya harus bisa berusaha mencari uang sendiri dengan cara apapun.

Demi Anak

    Hingga kini, mungkin beberapa warga kampung di Gang Abu, Batutulis, Kebon Kelapa, Kec. Gambir, Jakarta Pusat, masih mengingat kebiasaan saya yang sering membaca koran sambil nongkrong lama di WC Umum pojok kampung. Wc yang tidak dilengkapi Septic Tank tetapi langsung dibuang keselokan bawa`hnya. Pada tahun 1970 Gang Abu , Batutulis adalah salah satu daerah di Jakarta. Tak ada satu pun bangun bertingkat dan saat hujan, jalanan akan becek dan banjir, serta saat panas gersang dan berdebu menghampiri gang tersebut.

Tinggal dilingkungan kumuh dengan berbagai masalah dan kesulitan tidak harus diceritakan kepada teman-teman kampus, itu harus menjadi privacy untuk saya. Dengan tekad sudah bulat , ini semacam dendam terhadap keadaan yang sama sekali bukan merupakan kealfaan kedua orang tua atas ketidakpunyaan mereka. Saya tahu benar apa yang sudah dilakukan orang tua. Mereka telah amat keras berusaha mengorbankan apapun demi anak-anaknya.

[caption caption="ilustrasi (dok.wihan-smkalkaaffah)"]

[/caption]
  • Judul buku: Choirul Tanjung Anak Singkong
  • Penulis : Tjahja Gunawan Diredja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun