Mohon tunggu...
Wibisono Handoko
Wibisono Handoko Mohon Tunggu... Consultant -

Salted with FIRE to REVIVE igniting CHANGES

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai itu Fleksibel ya?

25 Februari 2013   08:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:43 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dua cerita dari pilkada yang baru saja berlangsung

·Ada partai dgn gacoannya yang menang (sepertinya) di pilkada dan petinggi partai bilang itu artinya partainya masih dipercayai. Lantas ada argumen dari analis bahwa partai itu mesin ke-4 dari pasangan tersebut. Bagaimana menverifikasi bahwa pemilih itu memilih berdasarkan anjuran partai dan bukan kapasitas individu calon pemimpin itu?

·Ada partai yang gacoannya kalah (sepertinya) di pilkada dan petinggi partai bilang itu factor individu. Alasannya yang sedang menjabat wakil bila bertarung dgn atasannya ga akan menang. Lalu, mengapa partai itu dukung? Untung-untungan ya?

Sumber berita monggo googling, masih panas kog he3x

Dari kedua cerita ini, pun beda parta tapi toh sama-sama berbentuk partai yang mengusung gacoannya masing-masing, pertanyaan yang timbul dalam benak saya:

·Keberadaan partai itu sebenernya untuk apa kalau bisa mendukung calon yang sudah diperkirakan kalah;

·Perkataan tanpa didukung bukti yang terverifikasi bukankah dapat dikatakan asbun trus masih mau dibilang intelek?

·Kondisi menang atau kalah bisa diplesetkan (maaf, tidak menemukan kata-kata yang lebih pas) agar menjadi keuntungan partai tersebut atau menghindari kerugian untuk partai tersebut. Lalu, bila diukur dengan untung rugi, siapa yang memang bukankah yang untung seharusnya adalah warga yang akan dipimpin tersebut?

Kesimpulan sementara saya adalah: Partai itu fleksibel. Dimana ada PELUANG dia ambil. Lalu soal idealisme berarti kompromistis? Tentunya setiap partai bisa punya kilah dan versi masing-masing, termasuk di luar partai yang mungkin termasuk didalam cerita dipikiran ini.

Sedikit melebar, pemenang peristiwa kan yang menulis sejarah dan sering dipakai (baca: diakui) sebagai kebenaran versi yang memang. Dunia punya cerita, Tuhan punya kebenaran. Politik ada diantaranya kah?

Bagaimanapun juga, ini sekedar pertanyaan dalam benak saya aja.Syukur2 kalo ada yang bisa menjawab ataupun mau berbagi pendapat.

Salam Sejahtera untuk bangsaku yg ber-bhineka tunggal ika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun