Kasus korupsi 6 Pegawai Pajak dan Bea Cukai yang dibentuk KPK sangat menarik dan menambah daftar keanehan perilaku penyimpangan aparatur negara yang koruptif.
Hal yang paling menarik dan patut dipertanyakan adalah apakah para koruptor ini tidak menerima pelajaran agama, Pendidikan Pancasila dan ataupun gamblengan hal-hal rohani spiritual sehingga mampu melakukan korupsi yang sangat merugikan dan memiskinkan bangsa dan negara. Keunikan ini bila dikaitkan dengan Sila Pertama dari Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa akan menimbulkan sebuah perilaku yang bertentangan dengan kebenaran dari sila ini.
Ketuhanan Yang Maha Esa menggambarkan bahwa bangsa ini mengakui adanya Tuhan dalam kehidupan berbangsanya. Ragam agama dan kepercayaan yang berkembang adalah bukti bahwa sila ini berkembang dan menjadi dasar kehidupan berbangsa yang bermanfaat. Para koruptor bila ditanya, sangat mungkin, mengakui agamanya apa tapi mengapa berkorupsi? Rupanya ini adalah gejala kesurupan tingkat tinggi.
Kesurupan yang terkadang menerpa beberapa orang dari sudut pandang rohani dapat diartikan bahwa jiwa dan raga orang tersebut sedang dikuasai oleh setan. Banyak manifes atau tingkah unjuk dari orang yang kesurupan itu, seringnya, memberontkan dan aneka tingkah laku tidak masuk akal lainnya. Orang yang kesurupan, terapi utamanya, adalah didoakan agar setannya pergi dan orang tersebut kembali normal menjadi manusia yang hakiki. Namun, itu ternyata adalah kesurupan tingkat rendah. Mengapa? Karena setannya begitu mudah ketahuan.
Setan yang menjadikan orang kesurupan pada tingkat tinggi tidak mudah dideteksi. Kesurupan tingkat tinggi ini membuat orangnya dikendalikan pada tingkat kesadaran sehingga bahkan dilingkungan ibadah dan aktifitas doa-doa yang memuliakan Tuhan pun tetap sadar dan bisa berpartisipasi. Para koruptor sering kali, sangat mungkin tidak mau mengakui, sudah kesurupan tingkat tinggi ini. Mengapa? Karena pun sudah melakukan korupsi ternyata pura-pura lupa, masih mengaku tidak bersalah, masih merasa sebagai pahlawan dengan segala aktifitas dermawan dan sumbangannya, maupun juga malahan masih mampu menjadi pemimpin dalam kegiatan ibadah.
Jadi, sekedar saran, para koruptor tersebut tidak hanya perlu dihukum setimpal dengan tindak pidananya tetapi juga dipertanyakan apakah setan atau kah Tuhan yang menjadi dasar hidupnya. Namun, seperti pencuri yang jarang mengakui bahwa dirinya pencuri pun tertangkap tangan, sulit untuk membuat koruptor mengakui bahwa sesungguhnya ia sedang kesurupan sehingga dasar hidupnya adalah setan dan bukan Tuhan.
Untuk ini, mari kita doakan bersama-sama agar para pejabat dan wakil rakyat, yang menjadi sasaran kesurupan setan tingkat tinggi ini, benar-benar melandasi hidupnya dengan Ketuhanan.
Salam Sejahtera
*terinspirasikan dari sindiran rohaniwan*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H