Wignyo Pawiro
Hari masih pagi. Setelah mengantar anak sekolah, saya menikmati teh panas sambil membaca media daring. Udara Sabtu pagi itu memang enak sekali untuk bermalas-malasan.
Wajah cantik Menteri Keuangan hampir tampil setiap saat  di media akhir-akhir ini kelihatan agak kuyu. Bu Mentri selalu dikaitkan dengan posisi utang pemerintah. Saya membayangkan pasti si Ibu pusing, dipojokan oleh para pihak seolah-olah menjadi orang yang paling bertanggungjawab atas melonjaknya utang. Kalau begini terus, lama-lama bisa stres berat juga ini Menteri. Kacian deh, kata anak saya. Semoga wajah cantiknya tidak tumbuh jerawat.
Teh panas dan hembusan angin sepoi pagi itu tidak mengurangi utang, tapi bikin makin berat mata.
Akhirnya saya masuk ke dalam rumah dan duduk di meja makan.
Lho, ini kok banyak kertas tercecer. Ada tabel SEKI BI yang menunjukkan posisi simpanan pemda di perbankan. Posisi paling rendah selalu di akhir tahun, melonjak di akhir Januari dan terus naik turun tapi cenderung menanjak hingga mencapai puncak di Oktober dan habis-habisan penyerapan di Desember.Â
Posisi puncak di Oktober 2017 Rp248T, terjun bebas menjadi Rp103T di akhir tahun lantas naik lagi mencapai puncak Rp229T akhir Oktober 2018 . Sepuluh bulan dalam setahun, daerah selalu berkelimpahan kas. Uang daerah ngendon di perbankan. Capek-capek jual bonds hingga ratusan trilyun di awal tahun sekedar masuk dompet saja.
Tabel lainnya menyajikan tingkat bunga obligasi pemerintah beberapa negara. Di antara sesama negara ASEAN, obligasi Indonesia paling mahal di  8%; Filipina 7%, Vitenam 5%, Thailand 2,5%. Jangan tanya Jepang yang tidak sampai 1 persen. Tapi lumayan, jauh lebih murah dibanding Turki 15% ataupun Brasil 9%. Ini lagi, pemegangnya mayoritas non-residen yang hampir 40%, perbankan sekitar 20%, juga BI lebih dari 10%. Pemegang individual residen tidak lebih dari 5%, kecil sekali. Marginnya banyak dinikmati para grosir pengelola dana. Pesta pora sepanjang tahun. Ada apa ini?
Pak Satpam, sini sebentar. Ambil HP saya di meja dapur dan hubungi para dirjen.
Tapi bu, ini hari Sabtu. Dan ibu....
Sebentar saja. Pak Satpam, tugas kamu bukan hanya menjaga rumah menteri, tapi juga ikut menjaga uang negara. Itu uang kamu juga pak. Setelah siap semua, sambungkan ke TV besar di ruang kerja.