Mohon tunggu...
Wigati Hati Nurani
Wigati Hati Nurani Mohon Tunggu... Guru - Guru dan suka menulis

Membaca, Menulis, Travelling

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Seikat Mawar Putih untuk Ibu

18 September 2023   11:38 Diperbarui: 18 September 2023   11:51 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari menunggu kepulangan Ibu, aku  mengganti  perannya. Memasak,  menyiapkan makan dan segala keperluan hidup setiap hari. Beruntungnya kami hidup di desa, sehingga banyak tetangga yang peduli dan membantu kami. Pak Kepala dusun pernah datang kerumah dan berjanji akan menjemput Ibu bila sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Menjelang Sore, hujan baru saja berhenti. Langit senja diufuk barat telah Nampak. Warna kemerahan bercampur kelabu menyiratkan Langit yang masih mendung. Angin sedikit kencang menambah dinginnya Desember di musim penghujan. Ibu, cepatlah sembuh. Aku dan ketiga adek  menunggumu kepulanganmu. Mawar putih telah kuncup sempurna. Baunya semerbak mewangi keseluruh halaman. Kupotong beberapa tangkai  yang mau mekar. Sengaja kuhilangkan duri yang masih menempel ditangkainya, daunnya tetap masih ada. Ada sekitar lima belas tangkai, kuikat menjadi satu. Aku berharap seikat Mawar putih ini masih mekar hingga Ibu pulang ke rumah. Akankan harapanku terkabul. Bergegas kuberjalan menuju ruang tengah, bermaksud meletakkannya kedalam Vas yang sudah terisi air.Tiba-tiba kudengar suara mesin mobil memasuki halaman rumah, setengah berlari kulihat siapa gerangan yang turun dari mobil itu.

Pak sopir turun dari mobilnya. Diikuti oleh Pak Kepala Dusun. Tapi tunggu dulu, pak Sopir kenapa membukakan pintu samping. Seorang perempuan berjilbab panjang lengkap dengan masker dan faceshield nampak perlahan turun. Masya Allah bukankah itu Ibu. Kenapa Ibu tidak memberitahukan kalau hari ini akan pulang. Setengah berlari kusambut kedatanagan Ibu. Meskipun tak bisa berjabat tangan apalagi memeluknya karena mematuhi protokol Kesehatan,  tapi tak bisa kupungkiri hatiku membucah. Bahagia tak terlukiska dengan kata-kata. Ketiga adeku menyusul ke halaman, sama seperti yang kurasakan. Wajah mereka bersinar Bahagia.

Pak Kadus berpamitan pulang karena ada urusan di rumahnya. Setelah mengucapkan beribu terimakasih kepada Pak Kadus dan sopir,  kami berlima beriringan  masuk kedalam rumah. Ibu melihat sekeliling ruang tengah, tempat kami biasa berkumpul. Tempat yang telah ditinggalkan ibu selama hampir tiga minggu lamanya. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama seperti Ketika Ibu meninggalkan rumah ini, rumah kami. Kalupun ada yang berbeda hanyalah seikat  Mawar putih didalam Vas bunga. Seikat Mawar Putih untuk Ibu, penanda cinta dan kasih sayang dari Aku anaknya. Terimaksih Allah Rabbku, Engkau telah kembalikan Ibuku kepada kami, anak-anaknya.

( Ditulis  31 Desember 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun