Mohon tunggu...
Aang Suherman
Aang Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perantau

Ekspresi apa adanya semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cuti Seks BMI Saudi

7 Juni 2012   18:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:16 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hak cuti bagi TKI informal diperoleh setiap habis kontrak kerja selama dua tahun,tertuang dalam Perjanjian Kerja Pasal 13 ayat 3  ;" Bila kedua belah pihak akan memperpanjang masa kontraknya,majikan harus mengijinkan cuti minimal 30 hari kepada TKI" (bunyi ayat setelah disarikan oleh penulis).

Lalu seberapa pentingkah cuti atau liburan bagi TKI informal Saudi baik PRT maupun TKI Laki-laki (sopir dan worker lainnya) ?,selanjutnya saya tulis TKI saja.

Sebagian menganggap cuti penting untuk refreshing pikiran,setelah tubuh lusuh dan lelah bekerja ditambah selalu menghisap debu gurun sepanjang dua tahun terus menerus,namun beberapa orang menganggap cuti bagi TKI informal tidak penting karena dianggap sebagai pemborosan keuangan saja,maklumlah gaji TKI informal tidak sebesar teman TKI Formal.

Kubu yang menganggap cuti tidak penting berpendapat,cuti hanya memboroskan keuangan mereka saja,misalnya cuti di rumah selama tiga bulan lalu pergi lagi walaupun ongkos pesawat ditanggung majikan pulang pergi,namun tetap biaya sehari-hari selama cuti tanggungan sendiri,tidak sedikit yang hanya diam,makan, tidur dan makan tabungan atau malah menjual barang yang ada.

Yang berpendapat demikian kebanyakan memilih memperpanjang kontrak tanpa cuti dengan mengambil uang pengganti tiket pesawat sesuai nasib masing-masing,mengapa sesuai nasib ?,karena tidak semua yang tidak cuti diberi uang pengganti jika majikannya pelit dan tidak bijak.

Hanya karena kebutuhan yang mendesaklah atau ada problem pribadi TKI,sehingga mereka bertahan memperpanjang kontrak kerja walaupun uang tiket pengganti cuti tidak diberi.

Begitulah kenyataan di lapangan nasib sebagian TKI PRT dan TKL kita di Saudi belakangan ini,kemiskinan telah membuat tidak berdaya untuk sekedar memperjuangkan hak sendiripun,seharusnya pemerintah RI malu dalam hal ini,bahwa ada pernyataan angka kemiskinan rakyat kita berkurang,layak dipertanyakan lagi pernyataan politis ini, berkurang apanya ?

TKI yang berpendapat cuti itu penting lain lagi,berikut tiga komentar teman TKI rekan penulis yang memutuskan untuk mengambil hak cuti mereka :

"Wah kalau saya mesti cuti,punya uang atau enggak punya uang pasti akan pulang,soalnya saya sudah rindu anak-anak,dan terutama rindu pada Ibunya anak-anak..hehe" kata Haji Saroji TKI sopir asal Sukabumi yang sudah sepuluh tahun bekerja sebagai TKI yang setiap dua tahun sekali selalu cuti.

"Kalau saya akan cuti bulan ini,untuk menyegarkan pikiran dan tubuh,masa dua tahun lebih mata ini tidak cuci mata lihat yang indah-indah,tiap hari melototin tembok kamar,komputer,dan makhluk berabaya saja.." kata Dedy seorang bujangan TKI karyawan Super Market Lulu, di Riyadh.

"Kalau saya mau cuti sekalian mau berobat anu,saya sesak nafas mungkin karena dua tahun terus menerus menghisap debu sahara,padahal uang saya sudah habis dikirim terus " kata Mas Imran TKI Sopir asal Cirebon.

Maaf kutipan langsung dari rekan PRT tidak bisa saya tulis karena pembaca tahu sendiri,di sini tidak bisa bebas untuk berbicara langsung dengan TKW selain yang muhrimnya.

Biasanya saya mendapatbahan tulisan dari PRT lewat handphone mereka,tetapi saat ini pulsa HP saya sedang kosong.

Banyak alasan untuk mengambil cuti sesuai alasan masing-masing,namun alasan cuti bagi TKI Saudi umumnya baik TKW maupun TKL  yang memperpanjang kontraknya, adalah untuk sekedar melepas dahaga bersosialisi,kehausan berkerumun dan bagi yang sudah punya pasangan sah,tentu saja untuk menyalurkan "arus bawah".

Termasuk  sebagian PRT yang lajang memanfaatkan masa cuti di tanah air dengan puas-puasin bermain, berpacaran atau mencari jodoh bahkan menikah dulu sebelum balik lagi ke Saudi.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun