Saat membuka kompas.com dinihari ini, sedih dan hati terluka,tak kuasa air mata belasungkawa menetes lagi  di antara sumber air mata yang hampir kering,karena seringnya kami menangis tentang berita rekan TKI yang bermasalah.
"Tiga TKI ditembak mati di negara sebelah.Negara tetangga pemakai jasa tenaga anak bangsa Indonesia."
Kami menangis bukan karena cengeng atau bermental cemen,sama sekali tidak,kami menangis alangkah sangat tidak berharganya bangsa yang besar ini,bangsa yang subur makmur ini di mata para negara tetangganya.
Bukan menangis air mata seperti biasa,kami menangis darah,mengelegak antara gemas,benci,marah dan tidak berdaya.
Dilema memang kami ini,karena kalau kami tidak menjadi TKI ,kami ibarat akan mati di lumbung padi, mati di negeri sendiri,kami terpaksa jadi TKI walau hanya berbekal dengkul.
Habis mau apalagi,bapak-bapak kami di bangsa ini terlalu banyak yang terlena dengan mengurusi diri dan golongannya,bapak-bapak kami banyak yang terlena di kamar tidur para pelacur dan isteri-isteri simpanan sebagian asyik masyuk membuat  video-video mesum serta sebagian lainnya berubah menjadi monster-monster bangsat jahat menggasak uang rakyat dengan korupsi.
Karena itu negara tetangga menjadi kurang menghargai bangsa kita.
TKI berangkat ke luar negeri karena di kampung tidak tertunaikan hajat hidup standar ,karena kami hanya diperhatikan bila kampanye saja,setelah itu..?
Manfaat kami bagi negara ,kami  menambah devisa untuk membantu menggaji bapak-bapak dan ibu-ibu terhormat di atas singgasana sana,demi bangsa ini,salah satunya  supaya negara tidak bangkrut,supaya negara tidak disepelekan dan tidak terus dilecehkan negara tetangga.
Sudah saatnya semua elemen bangsa memikirkan jalan keluar bersama tentang TKI informal ini, para cerdik cendekia memberdayakan sumber daya alam dan SDM yang ada di tanah air, pemerintah berlaku jujur dan amanahlah dalam memegang kekuasaan dan melayani rakyat.
Sudah saatnya TKI informal diperhatikan lebih serius ,cepat dan segera di konversi  ke pengiriman TKI yang bermartabat,TKI yang punya harga diri,TKI yang bisa dibanggakan,disegani,dihormati oleh negara tujuan TKI.
Tidak seperti saat ini,anak bangsa berinitial TKI informal memang dimana-mana dilecehkan,jangan harap dihargai jangan menyalahkan negara tujuan TKI yang sebagai negara Islam atau negara non Islam !
Toh salah kita sendiri mengapa mengirim TKI informal,mengapa para pemimpin kami rakus-rakus,mengapa para pemimpin kami kurang memperhatikan rakyat kecil,mengapa lapangan kerja di dalam negeri tak kunjung bisa menyerap tenaga-tenaga TKI macam ini,dan ratusan mengapa lainnya untukmu segenap anak bangsa.
Salam berduka sesama anak bangsa,selamat jalan kawan,kalian adalah pahlawan, kalian pejuang keluarga, pahlawan devisa.
Semoga perjalanan takdir kalian harus mati di negeri orang, termasuk kepada amalan yang baik di perhitungan Tuhan.
Inspirasi dari Kompas.com klik di sini (Penembakan Tiga Orang TKI di Malaysia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H