Mohon tunggu...
Aang Suherman
Aang Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perantau

Ekspresi apa adanya semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Giat Membuat Malas Memelihara, Pembangunan RI Masih "Injak-injak Bumi"

1 Desember 2011   08:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:58 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat peristiwa-peristiwa kerusakan-kerusakan hasil membangun dengan uang rakyat di negara ini,Indonesia sangatlah mudah,Jangan kata kejadian-kejadian robohnya sebuah hasil membangun yang besar-besar semacam jembatan Kukar atau robohnya jembatan-jembatan besar dan panjang serta berbiaya trilyunan rupiah lainnya,lihat saja di sekeliling kita,akan sangat mudah kita mendapatkan bangunan atau konstruksi fasilitas umum atau milik pemerintah yang rusak karena kelalaian dalam hal pemeliharaan atau lemahnya pengawasan di awal-awal proses pembangunannya.

Sebagai contoh pembangunan jalan-jalan raya, jalan pedesaan yang dibangun dengan asal jadi tanpa perencanaan lintas sektoral yang matang,jalan dibuat di aspal dengan asal jadi mulai dari konstruksi  yang tidak sesuai bestek atau Rencana Biaya sampai ketidak peduliannya dengan lingkungan pembangunan.Tidak disertai dengan membangun parit-parit yang baik,untuk saluran air dll.

Kontraktor yang mengaspal jalan tak mau peduli dengan membangun parit-parit terlebih dahulu atau membetulkan dahulu saluran-saluran air disekitar bahu jalan yang akan diaspalnya,karena mereka mendapat "borongan"hanya sebatas untuk mengaspal saja.Kasar kata mereka dengan instant dan cara yang seefisien mungkin untuk segera meraup keuntungan membangun apa yang di borongkan ke pihak mereka saja,

Tak jarang bahkan pada umumnya jalan yang sehari atau seminggu setelah di aspal lalu turun hujan kebanjiran air bah yang melimpah ke jalan yang baru di kerjakan akhirnya aspalnya rusak dan luntur,masih mendingan kalau ini terjadi pada masa jaminan pemeliharaan tetapi kalau sudah serah terima ke pemerintah ?,anda bisa menebak,sekian ratus juta atau milyar uang rakyat musnah hanya karena pengelolaan yang tidak benar dan asal-asalan serta tidak melihat kondisi sekitar sebagai antisipasi untuk jangka panjang.

Bahkan seolah-olah mereka terus bermain untuk mendapat proyek membangun lagi di anggaran tahun berikutnya,mereka melaporkan semua hal diatas dengan mudah yaitu dengan laporan :"Rusak karena Bencana Alam" sungguh permainan kotor merusak uang rakyat dengan berselimut proyek-proyek yang sengaja di telantarkan supaya rusak supaya di anggarkan lagi pembangunannya di tahun depan.

Lihat pula bangunan sekolah-sekolah atau gedung-gedung perkantoran milik pemerintah lainnya,mereka membangun kadang karena banyaknya pungutan liar di proses tender proyeknya sang kontraktor pasti akan mengurangi juga nilai konstruksinya dari standar "bestek"yang ada,untuk menutup kerugiannya.Kongkalikong terjadi dengan konsultan dengan inspektorat maka jadilah pembangunan yang asal jadi,lalu mewujudlah sebuah bangunan dengan konstruksi yang seadanya,ditambah lagi pengelola harian instansi terkait mereka cenderung malas melakukan tindakan pencegahan ambruknya bangunan yang sedari awal sudah tidak beres ini.

Misalnya sebuah bangunan yang dikala gentengnya bocor,atau atap bubungannya ada yang bocor dikala hujan masuk air dan dengan perlahan namun pasti akan merusak komponen bangunan lainnya,hal ini mereka malas membetulkan apalagi mungkin sang kepala satuan tugasnya tak pernah mampir di kantornya atau terlalu sibuk di depan meja saja,atau para stafnya sibuk facebookan atau ngenet atau jajan di kantin kantor dll.Lambat laun bangunan akan roboh dan ambruk lalu akan memulai lagi dari awal dan sekian ratus juta lagi uang rakyat akan dianggarkan untuk periode berikutnya.

Padahal kalau seandainya mau di antisipasi hal demikian tak perlu terjadi,misalnya dengan hanya mengganti atau memperbaiki atap yang bocor berbiaya hanya satu buah genteng dan upah kerja saja,tak akan habis uang kantor Rp.50.000,-saja dan manfaatnya akan terselamatkan bangunan yang bernilai ratusan juta rupiah.

Kalau saya boleh beropini hal tersebut harus ada aturan main,yaitu sangsi kepada Para kepala satuan kerja bila gedungnya ambruk atau roboh karena kelalaian pemeliharaan sehari-hari.Karena mereka sama dengan korupsi yaitu melalaikan amanat rakyat dan mengakibatkan kerugian uang negara juga karena kelalainnya.

Selama ini yang terjadi bila suatu bangunan instansi ambruk dan roboh,bukan sangsi yang didapat Kepala instansi tetapi malah mendapat proyek baru untuk membangun bangunan baru yang sebenarnya bila mau berniat baik robohnya itu tak akan terjadi.

Seolah-olah rusaknya hasil-hasil pembangunan itu sengaja di "abadikan"keberadaannya untuk mendapat proyek-proyek baru dan tentu saja proyek baru berarti pendapatan baru pula.Dengan cara bermain dengan para kontraktor dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun