Mohon tunggu...
Dwi Pakpahan
Dwi Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

WNI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Dia tapi Aku

28 Desember 2020   16:28 Diperbarui: 28 Desember 2020   16:43 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku duduk di hamparan pasir di tepi pantai, memandangi keindahan laut sendirian tanpa Susan. Biasanya aku dan Susan setiap senja akan duduk bercerita di sini sambil menanti matahari terbenam. Betapa indahnya.

Aku berharap Susan ada di sampingku sekarang. Banyak hal ingin kuceritakan padanya. Sudah hampir sebulan Susan menghindariku tanpa kutahu apa sebabnya. Terakhir kami duduk menikmati datangnya senja ketika Susan berkata bahwa dia menyukai kakak kelas kami, Bagas.

Bagas memang memiliki paras yang ganteng dan dia juga pintar di sekolah, banyak gadis terpesona dan mengejarnya untuk menjadikannya pacar. Susan juga sangat megagumi dan benar-benar berharap menjadi pacarnya. Sejak curahan hatinya tentang Bagas itu, kami jadi jarang berkomunikasi, dia sibuk mendekatkan diri dengan Bagas.

Aku mencoba mengerti perasaan Susan dan membiarkannya dengan kesibukan barunya, mengejar Bagas dan mencari perhatiannya sehingga aku berusaha menikmati pemandangan matahari tenggelam tanpa Susan. Tapi hari ini aku merasa kesepian, kehilangan Susan.

Buku-buku yang kubawa telah kubaca semuanya, perasaan bosan mulai menghinggapiku. Aku tidak tahan lagi, aku mau ketemu Susan. Dengan membawa buku-bukuku di samping kiri, aku melangkah ke dalam rumahnya. Aku dan Susan adalah tetangga dan kami telah bersahabat sejak kecil.

"Susan," kataku begitu sampai ke dalam rumah Susan setelah mama Susan membukakan pintu untukku. Kupikir Susan yang membuka pintu untukku.

"Dia di lantai atas Bunga," kata mama Susan mempersilahkan aku masuk dan menunjuk ke lantai ke dua rumah Susan yang lumayan besar.

"Terima kasih Tante, aku langsung ke atas ya," responku.

Setelah mendapat persetujuan mama Susan dengan senyuman di bibirnya, aku bergegas naik ke lantas atas melalui tangga yang ada di ruang tamu.

Kulihat Susan berdiri di balkon membelakangi aku dan menatap ke depan tanpa merasakan kedatanganku.

"Susan," suaraku lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun