Mohon tunggu...
Dwi Astini
Dwi Astini Mohon Tunggu... -

Menulis adalah hobi bukan bakat...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Unstoppable: Kisah Nyata Kelalaian Manusia

24 November 2010   17:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 7755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beginilah kalau terjadi human erorr, kereta api yang seharusnya bermasinis, menjadi kereta yang tidak bermasinis dan "liar", alias cepat dan tidak terkontrol. Bisa dibayangkan,  kereta api dengan rangkaian 30 gerbong, memuat bahan bakar kimia yang beracun serta berbahaya yaitu "phenol" dan melaju dengan kecepatan tinggi hingga 110an km/jam.

Untuk diketahui, "phenol" merupakan campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun, membahayakan dan berpotensi menjadi ledakan yang dashyat apabila bertabrakan dengan gas ataupun zat kimia lain dalam jumlah yang besar, karena phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.

Kesalahan ini bukanlah rekayasa, melainkan sebuah kisah nyata yang terkenal dengan insiden "Crazy Eights", saat kereta berkode CSX 888 bermuatan bahan kimia, genol, melaju tanpa masinis yang terjadi di Ohio, Amerika Serikat, 2001 yang lalu.

12906207061434258732
12906207061434258732
Namun, kisah nyata ini dijadikan inspirasi oleh sutradara Tony Scott dalam film  berjudul "Unstoppable" yang dibintangi oleh aktor Chris Pine dan Denzel Wahshington. Masih ingat dengan film "Speed" yang dimainkan oleh Keanu Reeves 16 tahun silam?  Jika Reeves mencoba menghentikan bus berpenumpang dengan rem blong dan bom di dalamnya, kali ini giliran Chris Pine dan Denzel Wahshington lah yang akan menjadi superhero dalam film berjudul "Unstoppable" dengan durasi 99 menit.

Will (Chris Pine), seorang pegawai baru, muda, ganteng, membawa nama keluarga yang sama dengan petinggi perusahaan, membuat dirinya menjadi sasaran kesinisan pegawai lama yang menganggapnya masih hijau ditambah dengan isu pemangkasan karyawan tua. Ia dipasangkan dengan mekanik kondektur Frank Barnes (Denzel Washington) yang sudah makan asam garam dunia perkeretaapian selama kurang lebih 28 tahun. Friksi senior-yunior antara Will dan Frank serta masalah pribadi masing-masing terbawa di lingkungan mereka bekerja.

Masalah pernikahan, Will sedang mengalami kondisi yang tidak menyenangkan dan Frank yang tak dapat menghadiri ulang tahun putri keduanya. Hari itu berjalan layaknya satu hari normal di tempat kerja. Setidaknya, hingga keteledoran seorang kondektur bernama Dewey yang ceroboh dan selalu menganggap sepele prosedur keamanan kereta api, dan mengabaikan pesan dari dari atasannya. Saat itu, ia lupa mengaitkan selang rem angin pada gerbong dan lokomotif utama, yang berakibat fatal tentunya.

12906207302037102944
12906207302037102944
Alhasil kereta api melaju tanpa kendali, menyebabkan banyak kecelakaan, dan banyak juga yang terluka. Kedua, pria bertubuh tambun itu turun dari ruang kendali dan membiarkan rem dinamis. Akibatnya, kereta AWVR berkode 777 alias "triple seven" itu meluncur dan teror pun dimulai. Kepala Stasiun Connie Hooper (Rosario Dawson) mulai panik lantaran ada kereta lain dari arah berlawanan dengan muatan anak-anak sekolah yang sedang berdarmawisata. Belum lagi saat Connie mengetahui bahwa 777 bermuatan kargo phenol cair, bahan kimia berbahaya yang mudah terbakar.

Yang lebih mengesalkan dan membuat ubun-ubun Connie memuncak ialah wakil direktur perusahaan Oscar Galvin yang tak setuju dengan usulannya untuk menggulingkan kereta dengan alasan untung-rugi. “Ini bukan sekadar kereta biasa, ini bagaikan sebuah misil sebesar gedung Chrysler”, maki Connie kepada Oscar. Media segera mengetahui tentang kereta “mengamuk” ini yang menghancurkan apa saja yang menghalangi rel.Semua usaha menghentikan kereta gagal, bahkan mengambil korban jiwa.

Mereka harus mencari cara lain sebelum kereta memasuki kota Stanton yang padat penduduk dengan rel menikung tajam ditambah terdapat pabrik gas dan pabrik kimia di bawah belokan itu. Dengan kecepatan yang cukup tinggi dan juga berisi phenol cair, apabila di saat tikungan tersebut, kereta api tergelincir dan berbelok ke sisi pabrik, maka akan terjadi ledakan yang sangat besar. Bahkan disebut-sebut sebagai malapetaka terbesar yang terjadi selama sejarah Pennsylvania .

Bila itu terjadi, akan sangat mustahil menghentikan kereta tanpa masinis, membawa gerbong panjang dengan laju 114 kilometer per jam melewati tikungan itu. Nasib seluruh kota kini bergantung pada Will dan Frank dengan kereta berkode AWVR 7346 yang berada di jalur sepur terdekat dengan kereta 777.

129062075627856191
129062075627856191
Tapi wakil direktur perusahaan tersebut mengancam mereka berdua untuk diberhentikan, karena tindakan dan keputusan yang mereka lakukan sangatlah tidak masuk akal dan tidak bisa diterima. Mereka tidak mempermasalahkannya, bahkan Frank menjawab ancaman tersebut " Bapak, sudah memecat saja sejak 90 hari yang lalu, karena faktor umur, saya diberikan surat pensiunan diri yang dikeluarkan oleh perusahaan, dan kini waktu saya hanya tersisa 3 minggu". Sedangkan Will berkata "Sayang sekali Anda melakukan hal itu, karena saya baru saja mulai menyukai pekerjaan ini".

Dengan mengesampingkan perbedaan dan permasalahan pribadi, mereka kembali fokus melakukan aksi heroik nekat menyambang nyawa menantang maut. Akankah mereka berhasil menyelamatkan kota Stanton? Atau justru sebaliknya? Silahkan nonton Unstoppable sekarang juga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun