Mohon tunggu...
Managing The Nation
Managing The Nation Mohon Tunggu... Konsultan - Managing The Nation
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Managing The Nation ini adalah sebuah halaman blog di kompasiana yang memuat pemikiran sederhana seorang warga negara indonesia. Seorang anak desa yang lahir tanggal 4 Mei 1978 di kawasan pesisir selatan Kota Yogyakarta. Pendidikan S1 Program Studi Manajemen dan S2 Program Studi Magister Manajemen. Terjun ke dunia kewirausahaan mulai tahun 1999 melalui beberapa usaha yang dirintis saat itu. Memiliki pengalaman di bidang fintech dan investasi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Corona dan Digitalisasi Industri Keuangan

17 Maret 2020   13:17 Diperbarui: 17 Maret 2020   14:00 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Image sources : IDN Times

Berita virus corona semakin beragam, entah itu hoaks atau berita yang valid, namun demikian cukup membuat resah hati, suasana kantor agak terpengaruh juga. Pulang kantor langsung istirahat maunya. "Pak, malam ini ada undangan rapat di komplek perumahan, "kata asisten rumah tangga saya. Eh, himbauan pemerintah dilarang berkumpul untuk mengurangi dampak penyebaran virus corona, kenapa malah ada undangan rapat di perumahan? Hadeew, tetapi lama juga tidak bertemu tetangga sekitar, baiklah saya akan berangkat. Mandi, sholat dan merebahkan tubuh sebentar.

Waktu menunjukkan pukul 20.00. Saatnya pertemuan komplek harus dimulai. Ganti baju dan berangkat ke tetangga sebelah. Dan masih kosong, mungkin karena takut virus corona. Ya sudahlah, saya dan tuan rumah menunggu sebentar. Sepuluh menit berlalu, dan akhirnya tetangga, salahsatu direktur rumah sakit yang cukup besar di kota kami datang. Tidak mau salaman lagi, huff....

"Mohon maaf Bapak Bapak, karena saya orang medis, saya mohon izin tidak salaman ya? Sebagai tenaga medis, disini saya paling rawan tertulat corona, karena setiap hari kami menangani pasien yang suspect atau juga positif terjangkit corona. Berbeda dengan negara lain, penyebaran virus corona di Indonesia tergolong sangat cepat' "kata beliau. Salahsatu media penyebaran yang paling cepat adalah interaksi dengan pasien suspect corona. Berbeda dengan di China atau negara lain, menurut beliau perkembangan dari positif corona sampai dengan meninggal di Indonesia jauh lebih cepat, bahkan tidak didahului dengan demam tubuh yang menonjol. Untuk itulah beliau menyarankan agar membatasi interkasi dan bersentuhan dengan semua orang, meski jelas beliau sangat menentang jika akan dilakukan lockdown.

Salahsatu penyebaran yang beliau takutkan adalah penyebaran melalui uang baik logam atau uang kertas. Untuk uang logam virus corona mampu bertahan sampai 12 jam dan untuk uang kertas virus korona mampu bertahan selama 9 jam saja. Kata kuncinya adalah interkasi dengan banyak orang dalam layanan industri keuangan, benak saya langsung melihat peluang ini. Kedepan perlu adanya digitalisasi perbankan, terlepas adanya corona ataupun karena hal lainnya.

Digitalisasi perbankan mutlak dilakukan saat ini, salahsatunya dalam rangka mendukung pencegahan dan berkembangnya virus corona ataupun virus lain yang mungkin akan muncul. Digitalisasi perbankan ini menawarkan kemurahan, kemudahan dan mengurangi interaksi antara bank dan nasabah. Sebagaimana kita ketahui saat ini, era digitalisasi atau serba digital ini nasabah cenderung memilih untuk melakukan transaksi melalui digital channels. Hal tersebut melatarbelakangi perusahaan untuk terus berpacu dengan kemajuan teknologi digital sektor keuangan.

Di Bank Mandiri sendiri, hingga tahun 2017 tercatat nasabah pengguna layanan mobile banking mencapai 37 persen, internet banking 17 persen, dan pengguna mesin ATM 40 persen. Sementara itu, nasabah yang mengunjungi kantor cabang hanya tinggal sisanya yaitu sekitar 6 persen saja. Dia menceritakan, saat memasuki era revolusi industri 2.0 saat itu nasabah yang mengunjungi kantor cabang mulai berkurang karena beberapa aktivitas seperti tarik tunai, transfer dapat dilakukan oleh sebuah mesin bernama Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Pertumbuhan jumlah kantor cabang akan berbanding terbalik dengan pertumbuhan digital. "Karena ketika digital tumbuh, fisik semakin kecil," ujarnya. Sementara itu, memasuki era revolusi industri 4.0 nasabah perbankan mulai memasuki pola baru. Yaitu banking everywhere dimana aktivitas perbankan sudah bisa dilakukan di platform non bank atau yang tidak berkaitan dengan bank. "Mulai visit ke yang bukan perbankan yaitu aplikasi. Aplikasi kita download dan kita pakai sendiri," ujarnya.

Dia menegaskan, saat ini bank akan dituntut untuk dapat memfasilitasi nasabah dalam melakukan transaksi atau layanan perbanakn di luar channel milik perbankan seperti media sosial, dan lain sebagainya. Salah satu contoh terbaru, dia mengungkapkan saat ini top up atau isi ulang uang elektronik (e-money) mandiri sejak dua bulan lalu sudah dapat dilakukan di salah satu market place besar di Indonesia. Tidak lagi hanya dapat dilakuakn di merchant, ATM atau aplikasi m-banking. Bank yang mengadopsi kemajuan digital akan tumbuh 18 persen pada tahun 2020. Sementara itu, bank yang tidak mengadopsi digitalisasi akan anjlok 18 persen di tahun yang sama.

Berdasarkan penelitian dari Indonesia Fintech Institute menyebutkan bahwa orang ke depannya tidak membutuhkan bank tapi di membutuhkan banking activities (aktivitas perbankan), sehingga tranformasi digital di sektor perbankan merupakan sebuah keharusan. Saya butuh perbankan? butuh. Tapi saya tidak butuh fisik bank nya. Hal ini sesuai dengan hasil survey yang dilakukan Brett King bertajuk author of Bank 4.0 menunjukkan bahwa saat ini "banking is no longer somewhere you go, its something you do. Banking everywhere, never at bank".

Kapan akan mendigitalisasi KSP, BPR, BPRS dan bank Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun