Bahagia itu sederhana.
A big nonesense.
Kebahagiaan tidak menjadi sederhana jika kita melihat tidak dari sisi keegoisan saja.
Kapan kita bahagia? Ketika mendapatkan hal yang kita impikan? Bagaimana bisa kita melupakan hal-hal yang harus dilakukan dan dikorbankan untuk mencapai impian? Bagaimana bisa kita menyederhanakan hal-hal tersebut?
Ketika melihat orang yang kita sayangi tersenyum? Bagaimana bisa kita tau apakah benar mereka ingin tersenyum? Halo, mereka manusia. Bagaimana bisa kita mengatakan bahwa kebahagiaan itu adalah saat kita tidak tau apa keinginan orang lain?
Kebahagiaan tidak menjadi sederhana jika kita melihat lebih jauh, lebih jauh hingga kita temukan bagaimana kebahagiaan itu membahagiakan kita.
Bagaimana bisa kita berkata bahwa bahagia itu sederhana, ketika kemudian kita tau bahwa kebahagiaan dan berpikir bahagia akan merubah jalan hidup kita? Bahagia tidak sesederhana itu, dampaknya jauh lebih dari yang bisa kita bayangkan pada hidup kita.
Bahagia itu tidak sesederhana embrionya, hal yang membuatnya terjadi.
Menjadi bahagia bukanlah suatu obsesi. Sisi benar dari “Bahagia itu sederhana” adalah kebahagiaan hadir dalam hidup kita 7x24jam, berada di sekitar kita, hanya kita yang kadang terlalu egois, menginginkan kebahagiaan yang berasal dari ambisi, bahkan kadang, kebahagiaan yang kita inginkan bukanlah kebahagiaan yang kita butuhkan.
Kita memang tidak bisa memiliki semua yang menurut kita akan membuat kita bahagia. Di sisi lain, memang, tidak semua kebahagiaan yang kita inginkan bisa membahagiakan kita, dalam arti yang hakiki.
Lalu, kenapa tidak kita mencoba bahagia dengan sesuatu yang telah Tuhan berikan untuk kita, sebagai perantaraNya membahagiakan kita?
Tenang, kuasai diri, dalam hening, hiruk pikuk pikiran akan terkalahkan, keegoisan akan memudar, menyadari betapa mudahnya kita bahagia tanpa menyederhanakan arti kebahagiaan dan penyebabnya.