Mohon tunggu...
R. Widyatama Putri
R. Widyatama Putri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

ARCHITECT OF HUMANITY

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bahagia, ketika Kebahagiaan Bisa Membahagiakan

13 Maret 2014   04:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahagia itu sederhana.


A big nonesense.

Kebahagiaan tidak menjadi sederhana jika kita melihat tidak dari sisi keegoisan saja.

Kapan kita bahagia? Ketika mendapatkan hal yang kita impikan? Bagaimana bisa kita melupakan hal-hal yang harus dilakukan dan dikorbankan untuk mencapai impian? Bagaimana bisa kita menyederhanakan hal-hal tersebut?

Ketika melihat orang yang kita sayangi tersenyum? Bagaimana bisa kita tau apakah benar mereka ingin tersenyum? Halo, mereka manusia. Bagaimana bisa kita mengatakan bahwa kebahagiaan itu adalah saat kita tidak tau apa keinginan orang lain?

Kebahagiaan tidak menjadi sederhana jika kita melihat lebih jauh, lebih jauh hingga kita temukan bagaimana kebahagiaan itu membahagiakan kita.

Bagaimana bisa kita berkata bahwa bahagia itu sederhana, ketika kemudian kita tau bahwa kebahagiaan dan berpikir bahagia akan merubah jalan hidup kita? Bahagia tidak sesederhana itu, dampaknya jauh lebih dari yang bisa kita bayangkan pada hidup kita.

Bahagia itu tidak sesederhana embrionya, hal yang membuatnya terjadi.


Menjadi bahagia bukanlah suatu obsesi. Sisi benar dari “Bahagia itu sederhana” adalah kebahagiaan hadir dalam hidup kita 7x24jam, berada di sekitar kita, hanya kita yang kadang terlalu egois, menginginkan kebahagiaan yang berasal dari ambisi, bahkan kadang, kebahagiaan yang kita inginkan bukanlah kebahagiaan yang kita butuhkan.

Kita memang tidak bisa memiliki semua yang menurut kita akan membuat kita bahagia. Di sisi lain, memang, tidak semua kebahagiaan yang kita inginkan bisa membahagiakan kita, dalam arti yang hakiki.

Lalu, kenapa tidak kita mencoba bahagia dengan sesuatu yang telah Tuhan berikan untuk kita, sebagai perantaraNya membahagiakan kita?

Tenang, kuasai diri, dalam hening, hiruk pikuk pikiran akan terkalahkan, keegoisan akan memudar, menyadari betapa mudahnya kita bahagia tanpa menyederhanakan arti kebahagiaan dan penyebabnya.

Air, udara, gemercik hujan, hembusan angin, kerinduan pada sesosok tercinta, doa, waktu…kebahagiaan yang akan membahagiakan kita, sangat dekat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun