Mohon tunggu...
widyastuti jati
widyastuti jati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Salatiga

mengagumi keindahan alam dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesuruh Menjadi Kades

16 Februari 2023   09:34 Diperbarui: 16 Februari 2023   09:41 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah tidak menjanjikan bahwa langit selalu biru, bunga selalu mekar dan wangi serta matahari selalu bersinar, tetapi Allah memberi pelangi sesudah badai, tawa di setiap air mata, berkah di setiap cobaan dan jawaban dari setiap masalah. Tentunya anda sering membaca kalimat ini, dan memang benar adanya.

Itulah perjalanan hidup yang kita lalui, bahagia dan sedih silih berganti, semua manusia mengalaminya. Allah akan melihat siapa yang bersyukur dan  kufur, siapa yang sabar, siapa yang putus asa , siapa yang kuat , siapa yang lemah. Orang yang yakin akan pertolongan Allah akan lulus dari ujian dan bisa mengambil hikmah setiap cobaan yang kita terima..

Sejatinya setiap langkah yang kita tempuh mengandung pelajaran, di mana pun dan kapan pun kita berada, dengan siapa pun kita berjumpa.

Demikian pula setiap saya menjalankan tugas sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) mahasiswa KKN di desa-desa, selalu menyenangkan. Selain memperoleh pelajaran hidup, saya  bersama pengawal pribadi (suami tercinta yang sudah purna tugas) bisa taddabur alam. 

Dengan taddabur alam kita semakin bersyukur kepada Allah, bisa menikmati ciptaanNya yang bergitu indah membuat kita semakin dekat denganNya. Bahkan bisa membersihkan jiwa dari energi negatif yang besemayam di hati dan fikiran.

Selain itu saya memperoleh pelajaran hidup dari orang kita jumpai. Ketika saya menjadi DPL di Desa Ngrawan, Getasan Kabupaten Semarang,  saya memperoleh pelajaran yang berharga dari Bapak Kepala Desa. Saat saya memonitor posko mahasiswa di sebuah rumah penduduk beliau menyempatkan diri untuk menemui saya.

"Mohon maaf, kalau sikap dan ucapan saya membuat Bapak dan Ibu serta para mahasiswa kurang berkenan, hal ini karena kebodohan saya," ucap Bapak Kades merendah sesudah memberi  gambaran tentang desanya.

"saya hanya tamat  S1 alias SD saja dan pekerjaan saya sebelumnya hanya seorang pesuruh di sebuah Sekolah Dasar. Saya bisa menjadi Kepala Desa karena permintaan dari warga, dan saya calon satu-satunya. Alhamdulillah dalam pemilihan hanya empat yang kosong," lanjutnya.

Saya dan suami terkagum-kagum dengan ucapan Pak Kades. Orangnya  sederhana, tetapi sangat baik hati ini. Sulit dipercaya, zaman sekarang masih ada rakyat yang sangat mencintai calon pemimpinnya tanpa pamrih.

"Saya juga dicalonkan lagi oleh warga sebagai Kepala Desa periode kedua ini."

"Masyaallah,"  ucap saya bersamaan dengan suami.

"Perkenalkan beliau adalah Bapak Wardi," kata Bapak Kades memperkenalkan pemilik rumah yang ditempati mahasiswa.

"Beliaulah yang menerima mahasiswa, bahkan mengantar mahasiswa hingga ke Kantor Kecamatan ketika survey, malah bukan saya. Beliau juga yang dengan senang hati menawarkan rumah beliau untuk dijadikan posko mahasiswa. "

Kembali saya dibuat terkagum-kagum. Kali ini dengan seorang pria setengah baya berkulit bersih, murah senyum, humble dan baik hati. Beliau adalah tokoh masyarakat, salah satu putranya yang masih muda menjadi anggota dewan dan putrinya bekerja di Bank Jateng Semarang.

"Mbak-mbak KKN, kapan-kapan jalan-jalanlah di "tegal" di sana kalian akan mendapati rumah-rumah penduduk yang sangat sederhana, dan melihat mbah-mbah yang masih semangat memetik sayur dengan "tenggok"  besar di punggung,"

"Setiap pagi saya juga keliling desa, sambil olahraga melihat keadaan desa, kadang tidak tega melihat mbah-mbah yang sudah tua masih membawa beban yang sangat berat di punggung, kalau  pas saya sehat dan ada waktu saya membantu membawakan ," cerita Pak Kades.

Sungguh saya sangat iri dengan orang-orang baik seperti Pak Kades dan Pak Wardi, hidup bermanfaat dan menolong dengan ikhlas. Kebaikan, ketulusan dari seorang pesuruh sekolah lulusan SD yang sederhana itu berbuah manis, menjadi seorang Kepala Desa yang dipilih rakyatnya tanpa minta imbalan dua periode.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun