Tukang sapu kuli pu besar jasamu
Oh kawan
Dengan sapu ganyang sampah dan debu
Tuk sesuap makan
....
(Iwan Fals)
Pagi itu, sebelum pemberangkatan mahasiswa KKN ke desa, saya sempat mengobrol dengan Prof. Adang Kuswara. Beliau bercerita, ketika masih lajang pernah menjadi satu dengan tukang sapu kampus, almahum Mbah Barikun.Â
Ucapan Mbah Barikun yang sampai sekarang masih beliau ingat adalah, Mbah Barikun sangat berterima kasih dengan daun-daun yang berguguran. Berkat daun-daun yang selalu berguguran dia bisa menjadi tukang sapu  dan membuatnya selalu sehat.
Cerita beliau mengingatkan saya pada Pak Darso, tukang sapu Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Tahun 2001 kami menempati rumah dinas camat, yang halamannya  luas, serta ada lapangan mini di tengah perkantoran. Di halaman perkantoran, ditumbuhi pohon-pohon  rindang. Bakda subuh saya selalu mendengar suara gesekan sapu lidi pak Darso, yang menyapu seluruh halaman  kator kecamatan dan rumah dinas.
Sekitar pukul enam dari jendela kaca saya melihat Pak Darso  masih asyik menyapu, mengenakan kaos sport, tubuhnya mulai dibasahi keringat. Meski sudah hampir pensiun, tetapi tubuh Pak Darso masih tegap dan tidak pernah sakit.
Saat saya olahraga berjalan kaki mengelilingi lapangan Pancasila Salatiga, saya memperhatikan beberapa tukang sapu yang mulai menyapu sejak pukul 5.30. Mereka memegang sapu dan mengayunkannya secara teratur, kakinya pun bergerak mengiringi tangan yang memegang sapu menggiring sampah-sampah agar terkumpul di satu titik.
Gerakan itu ternyata bisa memperkuat otot paru-paru dan jantung.  Selain itu  bisa memacu jantung, melancarkan aliran darah ke seluruh tubuh, khususnya aliran darah dari pembuluh darah balik (vena) di kaki. Jadi dengan menyapu selama satu jam atau lebih ternyata bisa meningkatkan stamina, memperkuat otot-otot lengan, tungkai dan pinggang.
Meski kadang orang menganggap remeh pekerjaan tukang sapu, tetapi sesungguhnya mereka adalah pahlawan kebersihan yang berjuang untuk kebersihan baik jalan raya,halaman kantor, gedung kampus, lapanganan yang digunakan untuk jalan kaki dan lain lain.Â
Mereka membuat tempat-tempat itu menjadi bersih dan nyaman. Bayangkan saja jika tidak ada tukang sapu, tempat-tempat itu akan kotor karena daun-daun yang jatuh dan sampah lain berserakan. Hal ini tentu akan mengganggu  pandangan mata bahkan kesehatan kita.
Pekerjaan menyapu sepertinya pekerjaan mudah, karena tidak memerlukan ketrampilan khusus apalagi ijazah S1. Namun seandainya kita ingin menyapu seperti mereka satu jam saja, Â mungkin pinggang kita akan langsung sakit dan lama sembuhnya. Padahal mereka setiap hari menyapu lebih dari dua jam.
Berkat tukang sapu tempat menjadi bersih, sehat dan enak dipandang. Dari tukang sapu saya bisa belajar tentang tanggung jawab memelihara lingkungan.  Mbah Barikun mengajarkan saya untuk  bersyukur dengan apa yang diberikan Allah, karena daun yang berguguran  membuatnya menjadi tukang sapu dan selalu sehat.Â
Dari Pak Darso saya belajar untuk bertanggung jawab pada pekerjaan, karena halaman kantor selalu sudah bersih sebelum para karyawan datang. Pak Darso seorang PNS lulusan SD, sangat mencintai pekerjaan,  disiplin serta  tekun menjalani pekerjaan yang dianggap remeh. Dan dari keduanya saya belajar tentang ikhlas, ikhlas menjalani takdit Allah. Hal ini tercermin dari raut wajah yang selalu berseri .Â
Terakhir tukang sapu juga memberi pelajaran  bahwa dengan menggerakkan tangan dan kaki secara teratur di pagi hari bisa menyehatkan tubuh, menjaga stamina, menguatkan otot , dan melancarkan peredaran darah.
Sejatinya tukang sapu adalah pekerjaan yang sangat penting dalam kehidupan kita. Karena merekalah pahlawan kebersihan .
Hari panas hari hujan memang tantangan
Siapa bilang bukan
Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang
Maklum kuli harian
(Iwan Fals)
Referensi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H