Olahraga jalan kaki kali ini, saya dan suami  menuju ke Goa Rong yang berada di perbukitan, di tengah kebun karet,  Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Mobil kami titipkan di rumah penduduk kemudian kami melangkahkan kaki  menyusuri jalan yang kanan kirinya  pohon-pohon karet. Semilir angin pagi mengirigi langkah kami menuju  bukit Goa Rong. Sebetulnya mobil bisa langsung menuju ke puncak bukit, tetapi niat kami adalah olahraga berjalan kaki sembari menikmati indahnya alam dan segarnya udara saat sang fajar berpendar indah menampakkan sinar kuning  keemasan.
Perkebunan karet yang ada di desa Tlogo  ini merupakan salah satu perkebunan peninggalan pemerintah  Belanda, didirikan tahum 1838. Waktu saya duduk di SMA tahun 1980 an, saya masih ingat perkebunan ini banyak ditanami tanaman coklat, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi, semua ditanami pohon karet.
Dengan meresapi ciptaan Allah yang begitu memukau di setiap langkah, tentunya tidak  sekadar hanya bisa dinikmati saja, tetapi  membuat saya merenung, mensyukuri atas nikmat Allah. Di usia senja, kami masih diberi kesempatan  melihat lukisan ciptaanNya dalam keadaan sehat.
Di sepanjang jalan yang kami lewati  suasana sangat teduh karena dinaungi pohon-pohon karet. Selain itu bunga-bunga liar warna ungu di tengah semak-semak menarik perhatian, memantik semangat untuk terus berjalan  di jalan menanjak tanpa merasa lelah. Hanya dengan berjalan 4000 langkah, saya dan suami sudah sampai ke puncak bukit. Dari sini kita bisa memandang  Rawa Pening yang sangat luas  berlatar belakang Gunung Merbabu, Gunung Andong dan  Gunung Telomoyo, sungguh memesona.
Sembari minum teh, makan mendoan dan sup buntut yang serba panas, kami  bisa beristirahat sejenak di udara  segar dengan suguhan  panorama elok, bisa dinikmati dari resto yang ada di puncak bukit.
Sesudah menghabiskan semua makanan, kami melanjutkan perjalanan menuju Goa Rong. Jalan  menuju Goa Rong dari bukit sangat curam dan terjal, tetapi dimudahkan dengan adanya tangga dari kayu kira-kira ada 4500 trap. Kami menuruni tangga  sembari menikmati vista yang menakjubkan mengiringi langkah menuju Goa Rong.
Gua ini dikelilingi pepohonan yang rimbun serta pohon beringin tua yang besar. Mulut  gua tertutup bantu besar, sehingga pintu masuk terbagi dua. Semula gua cukup lebar untuk dimasuki manusia, kemudian menyempit hingga harus merangkak jika ingin masuk lebih dalam. Ada beberapa "rong" di gua ini, sangat menarik.
"Rong" merupakan Bahasa jawa, menurut KBBI artinya lubang dalam tanah. Biasanya rong untuk tempat hidup binatang seperti jangkrik, semut dan lain lain. Ada yang mengatakan bahwa "rong" berasal dari kata "ngerong" yang artinya adalah menggali. Jika saya perhatikan, gua ini terbentuk bukan secara alami, tetapi  gua buatan. Gua yang ada di kaki bukit ini sepertinya hasil galian manusia. Mungkin karena  hasil ngerong atau menggali, maka dinamakan Goa Rong.
Menurut cerita salah satu penduduk yang tinggal di sekitar gua, Bapak Erfani  konon kabarnya gua ini digunakan untuk tempat persembunyian pejuang Indonesia dari kejaran  Belanda. Ada pula yang mengatakan tempat pertapaan. Sedangkan "rong"  atau lobang yang ada di goa ini, bisa menembus ke segala arah. Tapi sampai saat ini belum ada yag bisa membuktikan, karena  "rong" yang saya lihat terlalu kecil untuk ukuran tubuh manusia. Â
Akhir dari olahraga jalan kaki kali ini badan terasa bugar, pikiran jernih hati pun terasa  tenang dan senang. Selain itu bisa mempunyai pengalaman baru yang bisa ditulis dan disebarkan para pembaca. Bagi saya berjalan kaki menikmati alam dan menulis adalah satu paket  hiburan untuk mengisi hari-hari menyambut usia senja yang tenteram dan bahagia.
Referensi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H